“Ekstasi” dan Sisi Lain Yogyakarta

FBS-Karangmalang. Ketika mendengar kata Yogyakarta tentu pemahaman kita akan langsung tertuju pada geliat budaya dan pendidikan. Hal tersebut bukanlah sesuatu yang berlebihan, pasalnya sejak lama Yogyakarta memang sudah dikenal sebagai kiblat budaya Jawa dan kota dengan jutaan pelajar dari berbagai daerah di Indonesia. Kemeriahan kota Yogyakarta mungkin tak jauh berbeda dengan kemeriahan perayaan open house himpunan mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (HIMA PBSI), Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta (23/5). Acara yang dinamai Ekstasi atau “Ekspresi Talenta Mahasiswa PBSI” tersebut mengusung tema “Jogja Undercover”, yang diakui oleh koordinator acara, Septianto Hutama Putra terinspirasi dari salah satu judul lagu bintang tamu yang turut hadir memeriahkan acara pada malam itu.

Rony Kurniawan Pratama, selaku ketua HIMA PBSI dalam sambutannya menyampaikan harapannya agar acara yang digelar pada malam tersebut dapat dijadikan ajang untuk berkarya. Bukan hanya itu saja, ketika menyinggung tema acara, ia menjelaskan bahwa acara pada malam itu digelar untuk membongkar sisi-sisi lain dari kota pelajar tersebut. “Selama ini kita mengenal kota Jogja sebagai kota budaya dan kota pelajar, namun pada malam ini kita akan mencoba melihat sisi-sisi lain dari kota Jogja,” tuturnya.

Komunitas teater Misbah, tampil mementaskan teater mini yang menceritakan kegalauan seorang anak muda yang baru datang ke kota Yogyakarta untuk berkuliah. Ia dihadapkan pada pilihan-pilihan sulit yang ditawarkan kota tersebut.

Ada juga penampilan dari mahasiswa PBSI kelas M angkatan 2011, dan kelas K, M, N angkatan 2012 yang terasa kental akan kota Yogyakarta. Hal ini terlihat dalam tarian yang dibawakan, puisi yang dibacakan, dan lagu yang dinyanyikan oleh tiap penampil. Semuanya seolah ingin bercerita tentang Jogja lewat penampilannya. Dan tak lupa penampilan tiga bintang tamu yaitu Simple Life, Nafas Urban, dan Slamet Man yang hadir menambah kemeriahan acara tersebut.

Tidak hanya mahasiswa yang unjuk gigi di atas panggung, dosen PBSI, Nurhadi pun turut mengambil bagian di atas panggung dengan membacakan sebuah puisi karya mahasiswa PBSI. Ia menilai acara tersebut sebagai wadah yang tepat untuk menampung kreativitas mahasiwa yang tidak dapat mereka tuangkan pada saat perkuliahan di kelas.

Kegiatan kebudayaan dan kesenian memang selalu menjadi hiburan tersendiri bagi semua kalangan. Oleh karena itu wadah-wadah yang mumpuni untuk mengasah bakat dan minat mahasiswa dalam kegiatan kebudayaan dan berkesenian perlu ditingkatkan karena sebagaimana yang dikutip Rony dari dosen Suminto A. Sayuti dalam sambutannya, “kampus tanpa budaya dan seni adalah kebun binatang.” (Djwonga/Humasfbs)