“Los Bagados De Los Pencos” Dikemas dalam Pentas Laboratory Relung

FBS-Karangmalang. Insiden ganjil menggemparkan sebuah rumah sakit jiwa. Seantero pasien di rumah sakit itu berbondong-bondong membawa kain rentang bertuliskan petisi-petisi dengan abjad tak karuan. Gerombolan pasien hendak mendemo dokter mereka yang disebut-sebut sebagai bandit pungli, pun bertabiat otoriter. Dokter itu tiada lain ialah Rendra dan mantri Azwar. Suatu perkara yang tak lazim ketika kaum majenun dapat berunjuk rasa menagih persamaan hak bagi mereka. Alhasil, Dr. Rendra dan mantri Azwar dibuat merinding karenanya. Tatkala rombongan pasien majenun yang diarak Linus Suryadi, Mayon Edi Sutrisno, Emha Ainun Najisun dan Dedot Muradin itu menuntut haknya, dengan lantang dan padu mereka berseru, ”Hidup Los Bagados De Los Pencos!”

Cuplikan adegan dalam naskah Los Bagados De Los Pencos karya W.S. Rendra tersebut dipentaskan oleh teater Relung pada Jum’at (29/5) malam. Digelar di panggung Stage Tari Tejokusumo FBS UNY, pentas lakon berdurasi satu jam itu menyedot perhatian ratusan penonton, baik dari dalam maupun luar UNY. Lakon dari naskah yang disebut-sebut sebagai kritik era orde baru ini disutradarai oleh Zaima Bunga Wijayanti. Menurutnya, pementasan ini merupakan ajang tampil perdana bagi anggota baru teater Relung. Seluruh cast yang terlibat dalam pentas ini memang notabene mahasiswa prodi bahasa Inggris angkatan 2014, di antaranya David, Mustofa, Ayi, Cing, Ifah, Futri, Ria dan Asla.

Ciri khas Relung Laboratory ialah seni peran dengan dialog berbahasa Inggris. Namun, kali ini Relung mencoba menghadirkan pentas dengan balutan cerita orisinil berbahasa Indonesia. Hal ini tentu bukan tanpa alasan. Bunga selaku sutradara menjelaskan bahwa ia ingin menonjolkan sisi keaktoran. “Laboratory ini kan ibaratnya praktek dari teori yang kita dapat di eksplorasi Relung, nah aku pengen pemain baru fokus dulu ke pengembangan akting mereka. Memerankan orang gila dalam teater itu pasti ada tantangan tersendiri. Intinya sih supaya mereka lebih bebas berimprovisasi ketika naskahnya berbahasa Indonesia,” jelasnya.

Mengenai alasan mengusung naskah Los Bagados De Los Pencos, bahasa Portugis yang secara harfiah memiliki makna kemakmuran dan kedamaian ini, Bunga mengatakan, ”Naskah ini menarik, jarang-jarang ada naskah mengacu ke kritik sosial politik dengan setting rumah sakit jiwa.”

Kharisma Wahyu Pradana selaku penanggung jawab acara turut menambahkan, ”Inilah yang membedakan dari tahun-tahun sebelumnya, ini unik.”

Relung Laboratory merupakan puncak dari rangkaian acara EDSArt Festival, salah satu program divisi Art and Literature dari hima bahasa Inggris EDSA (English Department Student Association). Sebelumnya, EDSA juga telah sukses menyelenggarakan donor darah, pentas An Eve With EDSAcoustic serta diskusi film Emac Flicks. Tahun ini merupakan kali ketiga festival ini terlaksana.

Turut hadir dalam pentas tersebut Dr. Kun Setyaning Astuti, M.Pd. selaku WD III FBS serta Drs. Samsul Maarif, M.A. selaku ketua jurusan Pendidikan Bahasa Inggris FBS. Dalam sambutannya, Kun mengucapkan selamat kepada seluruh panitia atas terselenggaranya pentas ini. “Atas nama fakultas, saya mengucapkan terima kasih. Teruslah mengeksplorasi teater, musik, dan kesenian lain,” pesannya. (Muvida/Humas FBS)