Bahas WCU Bersama Dekanat di Angkringan

FBS-Karangmalang. Kesiapan Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) dalam rangka menyongsong rencana Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) menuju World Class University (WCU) mengemuka dalam acara diskusi Ngangkring Bareng Dekanat pada Selasa (4/12) di Pendopo Tedjo Kusumo pukul 19.00 wib.

Menjawab hal tersebut, pihak dekanat (dekan dan ketiga wakilnya) menjelaskan bahwa sampai sekarang ada beberapa program unggulan yang telah dilakukan FBS. Hal tersebut ialah pemenuhan fasilitas secara bertahap, kerjasama dengan luar negeri, dan melakukan student exchange.

Dalam pemenuhan fasilitas, Sudarmaji, M.Pd (WD II) mencontohkan, hampir semua kelas telah dilengkapi dengan LCD dan AC begitu pula kebutuhan lain, seperti pemenuhan fasilitas kantin, perpustakaan, gedung pertunjukan, dan tempat parkir. Namun, para mahasiswa yang hadir masih mengeluhkannya. “Kami menyadari belum semua terjamah, untuk LCD sudah direncanakan adanya penggantian berkala.”

Selain itu, UNY dapat dikatakan WCU jika melihat tolak ukur pada proses belajar mengajar (PBM) yang baik dan mampu mengantarkan lulusan yang handal. “Untuk itu kami usahakan pelayanan akademik sebaik mungkin. Baik mahasiswa dan dosen saling bekerja sama mewujudkan PBM dengan baik.” Demikian terang Dr. Widyastuti Purbani, M.A. (WD I).

Disadari, kadang kedapatan dosen yang sering mengganti jadwal mendadak dan tidak masuk tanpa keterangan. Menanggulangi hal itu, komunikasi menjadi kunci penting. “Jika merasa dirugikan, segera lapor pada WD I karena kami juga tidak setiap saat mengetahui kondisi lapangan. Tidak perlu takut, kami siap membantu,” jelas Prof. Dr. Zamzani, M.Pd. (Dekan FBS).

Tolak ukur lain WCU juga bisa dilihat melalui indeksitasi karya ilmiah atau seberapa sering karya dosen atau mahasiswa menjadi rujukan pihak lain. “Kami mendukung penuh penelitian yang dilakukan dengan memberikan support dana maupun kesempatan uji lapangan,” papar Dr. Kun Setyaning Astuti, M.Pd. (WD III). Hal lain, untuk meningkatkan wawasan internasional FBS juga sering melakukan Guest Lecturing. “Tidak hanya mendatangkan namun juga mengirim dosen kita ke luar negeri,” tegas WD I.

Diskusi yang dimoderatori oleh Juwariah Wonga (mahasiswa BSI 2011) ini juga menyoroti permasalahan yang ada di Perpustakaan FBS. Larangan membawa laptop yang berlaku bukan kehendak FBS, melainkan adanya sistem sentralisasi perpustakaan dari universitas. “Kami akui peraturan ini masih belum jelas dan perlu diperbaiki. Sesegera mungkin akan ditindaklanjuti,” kata WD II.

BEM FBS selaku penggagas acara ini berharap akan terjadi pengertian dan keharmonisan antara mahasiswa dan birokrasi. Ketua Acara, Meiana Yurike Dewi (PBSI 2010) menambahkan, “yang terpenting, semoga diskusi ini membuahkan solusi.” (Fitriananda/HumasFBS)