Dialog Mahasiswa antarbangsa: Kolej 12 UPM dan FBS UNY

Isu kontemporer ihwal pendidikan dan kebudayaan antara Indonesia dan Malaysia dikupas tuntas dalam dialog mahasiswa antarbangsa di Ruang Seminar Pusat Layanan Akademik lantai III, FBS, UNY, pada Jumat (23/01/2015). Dialog itu mempertemukan dua aktivis mahasiswa dari dua negara berbeda yang saling terbuka menyampaikan opininya masing-masing. Ketua rombongan Kolej 12 Universiti Putra Malaysia (UPM), Cik Arba’ah Binti MD Salleh, menuturkan antusiasmenya atas sambutan dari Organisasi Mahasiswa (Ormawa) FBS. Dewasa ini, lanjutnya, berbagai isu bilateral melanda Indonesia dan Malaysia. Untuk itu, kami menginginkan sebuah dialog terbuka para pelajar dari UPM dan UNY.

Perwakilan mahasiswa UPM, Che Dini Maryani Binti Che Mohd I., menjelaskan learning community di senat Kolej 12 yang membidangi kajian strategis isu lokal hingga internasional. “Persoalan bilateral antara Indonesia dan Malaysia, sebetulnya tak sehangat yang diwartakan oleh media pada umumnya. Mungkin bila terjadi diskriminasi sosial orang Indonesia yang bekerja di Malaysia, itu hanya minoritas saja,” ungkap mahasiswi yang sedang menyelesaikan studi akhir S-1 Pertanian itu. Senada dengan Dini, Tejo M. W. (perwakilan dari Ormawa FBS) menyampaikan kesetujuannya: “Persoalan klaim kebudayaan yang dibicarakan umum itu tak perlulah dipermasalahkan. Sebab, kita tahu, akar kebudayaan kita (Indonesia dan Malaysia; red.) memiliki muara yang sama. Jadi, bila terdapat kemiripan, itu wajar saja,” ungkap mahasiswa PBD 2012 yang juga menjadi wakil Ketua BEM FBS 2015.

“Di Malaysia juga terdapat wayang kulit dan batik,” papar Mazliyana Morshidi, panelis kedua dari UPM. Kami diajarkan, lanjutnya, memainkan wayang kulit dan membatik di Malaysia. “Barangkali budaya tersebut dulunya dibawa oleh saudagar dan budayawan dari Jawa. Kan Malaysia juga belajar banyak dari Indonesia,” tambahnya. Menanggapi topik diskusi tersebut, Tejo M. W. mengakui kebanggaannya atas dialog yang syarat akan intelektualitas itu. “Jarang sekali ada klarifikasi di dalam konfilk. Pada diskusi ini, adanya memberi-menerima antara Indonesia dan Malaysia menjadikan masalah yang keruh menjadi jernih,” pungkasnya.

Kegiatan UPM ke UNY ini tak lain karena keduanya telah melakukan kerjasama antaruniversitas guna mengembangkan kualitas pendidikan masing-masing. Sebelumnya, UPM telah diterima oleh Kantor Urusan Internasional dan Kemitraan (KUIK) di Ruang Sidang Senat, Rektorat UNY, pada Selasa (20/01/2015). Semoga dengan adanya kerjasama itu, semakin baik pula hubungan bilateral Indonesia dan Malaysia! (Rony/Humas FBS).

Tags: