Dosen Pendidikan Seni Rupa UNY Sosialisasikan Ekstrakulikuler Kesenian SD di Makassar

Selama lima hari (23-27/9), Dwi Retno Sri Ambarwati, M.Sn. (dosen Pendidikan Seni Rupa UNY) bersama Dra. Endang Woro Suprihatin, M.Sn. dari Universitas Negeri Malang menyosialisasikan rencana program Ekstrakulikuler Kesenian bagi Sekolah Dasar di Makassar, Sulawesi Selatan. Program Diknas Departemen Pendidikan Dasar ini disosialisasikan serentak di seluruh Indonesia sebagai tindak lanjut dari kebijakan Kurikulum 2013.

Program ini dimulai dari perumusan mekanisme panduan pelaksanaan Ekstrakulikuler Kesenian pada awal Agustus lalu di Bandung. Perumusan ini dilakukan oleh sekitar 25 orang dosen seni dari UNY, UPI, UNJ, UM, P4TK, dan ITB yang menjadi pembina tingkat pusat. Selanjutnya diadakan sosialisasi di seluruh Indonesia dengan mengundang guru dan kepala dinas terkait. Lalu guru-guru yang menjadi peserta diminta menyusun rencana pelaksanaan ekstrakulikuler yang cocok dilaksanakan di daerahnya serta sesuai dengan kearifan lokal. Rencana tersebut kemudian akan disosialisasikan kembali dan akan dilaksanakan di sekolah-sekolah daerah masing-masing.

“Berdasarkan Kurikulum 2013, Mata Pelajaran Seni Budaya dan Prakarya sekarang ini di Sekolah Dasar tidak lagi menjadi sebuah mata pelajaran yang berdiri sendiri tetapi menjadi satu kesatuan dalam sebuah pembelajaran tematik. Terkait dengan hal itu maka mata pelajaran Seni budaya dan Prakarya di kelas kurang dapat diimplementasikan secara utuh untuk mencapai tujuan yang diharapkan.” Demikian ungkap Dwi Retno Sri Ambarwati, M.Sn.  Alasannya antara lain karena keterbatasan wawasan dan keterampilan seni yang dimiliki guru kelas, dan kemampuan guru kelas dalam pengelolaan pembelajaran di kelas.

Padahal, praktik berkesenian yang terdiri dari seni musik, seni tari,  seni rupa, ataupun seni teater bagi siswa usia Sekolah Dasar penting sebagai upaya menstimulasi keberanian siswa Sekolah Dasar untuk mengekspresikan ide atau gagasan seni mereka. Di usia yang ekspresif dan termasuk usia emas perkembangan anak, proses pendidikan akan lebih mudah dilakukan melalui seni. Di samping itu, lewat seni pula awal pembentukan nilai-nilai karakter peserta didik untuk melakukan perubahan perilaku seperti  jujur, disiplin, tanggung jawab, toleransi, dan sebagainya. Karena itu diperlukan kegiatan tambahan di luar jam sekolah yang dapat memberi kesempatan bagi para siswa Sekolah Dasar untuk melakukan beragam pengalaman.

Dalam hal ini, kegiatan pembelajaran Ekstrakurikuler Kesenian lebih menekankan pada aktivitas “belajar sambil melakukan” (learning by doing), dalam bidang seni musik, seni tari, seni rupa, ataupun seni teater. Kegiatan Ekstrakurikuler Kesenian ini juga dipandang penting sebagai suatu kegiatan yang dapat menumbuhkembangkan kreativitas siswa Sekolah Dasar. Kreativitas ini merupakan elemen penting dalam Pendidikan Kesenian dan hanya dapat diperoleh dengan melakukan beragam pengalaman praktik secara terus-menerus.

Pada upaya realisasinya nanti tentu akan ada kendala. Perlu disadari bahwa membentuk sebuah ekstrakulikuler dan menjaga keberlangsungannya tidak mudah dan perlu adanya upaya maksimal dari seluruh pihak terkait. Karena itu Dwi Retno Sri Ambarwati beserta tim akan terus melakukan pendampingan dan monitoring hingga November nanti. Peserta sosialisasi akan diundang lagi untuk melaporkan progres sosialisasi ke sekolah-sekolah, selain itu akan diadakan inspeksi langsung ke sekolah. (D.Wulan/Humasfbs)