Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) telah sukses menyelenggarakan Webinar Nasional yang bertajuk "Dekonstruksi Pembelajaran Era New Normal"

Keterangan Sumber Foto: 
Repost ig @pbsi.uny

Pada Senin, 22 November 2021 pukul 13.30-15.45 WIB. Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

(PBSI), Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) telah sukses menyelenggarakan Webinar Nasioanl yang bertajuk “Dekonstruksi Pembelajaran Era New Normal” melalui Zoom Meetings.

Kegiatan ini dihadiri oleh Dekan Fakultas Ibu Dr. Sri Harti Widyastuti, M.Hum. beserta jajarannya. Ketua Ketua Jurusan PBSI, Dr. Teguh Setiawan serta para dosen Prodi PBSI dan Sastra Indonesia. Peserta webinar ini ada lebih dari 300 orang yang terdiri dari guru berbagai tingkat pendidikan, mahasiswa, maupun praktisi pendidikan. Sementara, narasumber webinar ini adalah Prof. Dr. Suminto A. Sayuti yang merupakan Guru Besar FBS UNY dan Danang Hidayatullah, M.M. selaku Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI). Selanjutnya, Moderator Webinar ini adalah Prof. Dr. Maman Suryaman, M.Pd.

Narasumber pertama, Bapak Danang Hidayatullah, M.M. membahas topik tentang “Kebijakan Pembelajaran Era New Normal” yang meliputi transisi      pembelajaran dari “old normal” ke “new normal”. Selain itu, dibahas pula hambatan yang dialami oleh guru, siswa, dan orang tua selama pembelajaran jarak jauh. Untuk mengatasi hambatan tersebut, narasumber yang merupakan Ketua IGI ini menegaskan bahwa guru masa depan harus berpikiran terbuka, adaptif, kompetitif, kolaboratif, inovatif, serta menguasai keterampilan digital: terampil membuat media pembelajaran, terampil menggunakan game berbasis pembelajaran, terampil memanfaatkan media sosial, dan terampil menggunakan mesin pencari.

Narasumber kedua, Bapak Prof. Suminto A. Sayuti memaparkan topik “Perubahan Budaya dan Pembelajaran Bahasa/Sastra: Manjing Kahanan" berkaitan dengan pengaruh arus global dari pusat ke "pinggiran" berdampak pada "longsor budaya" dan sebab itu penting bagi pendidik untuk merancang berbagai upaya agar kekenyalan identitas dan karakter bangsa yang kini dirasa pudar dapat dicahayakan kembali. Salah satunya dengan metode "menanamkan kerinduan", sebagai contoh mengupayakan agar bahasa dan sastra menjadi "jagat" yang menyediakan ruang bagi para pemelajar untuk menjelajahi pengalaman baru.