FBS GELAR KULIAH UMUM ART EDUCATION METHODS AND ASSESSMENT SYSTEM

FBS-Karangmalang. Bekerja sama dengan AIFIS (American Institute for Indonesian Studies), Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta, melalui Unit Kerja Sama Humas, menyelenggarakan kuliah umum Art Education Methods and Assessment System pada Selasa (25/7/2017) di Ruang Seminar PLA lantai 3. Kegiatan ilmiah ini menghadirkan Shei-Chau Wang, Ed.D., dosen Art and Design Education, Northern Illinois University dan diikuti 55 orang peserta yang terdiri dari mahasiswa dan dosen Pendidikan Seni Rupa dan Pendidikan Kriya.

"Program ini merupakan kerjasama AIFIS dengan FBS UNY untuk menyelenggarakan Guest Lecturing dengan menghadirkan sejumlah pakar di bidang Indonesian Studies," ungkap Nuning Catur Sri Wilujeng, M.A., selaku ketua Unit Kerja Sama dan Humas FBS UNY. Sebelumnya, dalam program sejenis, AIFIS bersama FBS UNY telah menyelenggarakan guest lecturing bertajuk A "Musicking" Classroom: Let’s Sing, Play, and Dance! dengan menghadirkan Dr. Jui-Ching Wang, D.M.A., Associate Professor dari Northern Illinois University pada Mei 2017.

Dalam paparannya, Shei-Chau Wang memperkenalkan tren utama pendidikan seni di Amerika Serikat, yaitu visual culture dan pendekatan STEAM dalam pendidikan seni. "STEAM (Science, Technology, Engineering, Art, and Mathematics) merupakan pendekatan pendidikan seni dengan belajar melalui ilmu pengetahuan, teknologi, teknik, seni, dan matematika sebagai cara untuk membantu siswa menyelidiki, berdialog, dan berpikir kritis," jelas Shei-Chau Wang. Menurutnya, pendidikan seni tidak dapat dipisahkan dari bidang keilmuan lain. Pada kenyataannya, seni dan bidang ilmu lain saling melengkapi. "Ketika seorang kreator seni akan membuat karya seni yang dapat bergerak, misalnya, maka proses itu tidak dapat lepas dari peran teknologi dan teknik mesin," tambah dosen yang pada awal Juli lalu memberikan Workshop Chinese Calligraphy di FBS UNY.

Terkait tren visual culture, Shei-Chau Wang menjelaskan bahwa visual culture merupakan fenomena seni dalam kehidupan kita sehari-hari. Dalam konteks Indonesia yang memiliki keanekaragaman budaya maka pembelajaran visual culture ditujukan untuk mengerti, memahami, dan merasakan apa yang dimiliki. Saat peserta didik sudah memahami visual culture, barulah mereka diarahkan untuk menghubungkannya dengan budaya lain. "Mempelajari visual culture dari keragaman budaya di Indonesia akan membantu pengenalan terhadap diri sendiri. Ini merupakan dasar yang baik untuk mengenal dan berinteraksi dengan budaya lain,” tambahnya. Materi presentasi dari Shei-Chau Wang, Ed.D. dapat diunduh di laman ini. [humasfbs]

Dokumentasi selama kegiatan dapat dilihat di sini.