Hima PBSI dalam Alunan Musik Puisi

FBS-Karangmalang. Alunan musik akustik dari petikan senar gitar penampil dalam ‘Sarasehan Acoustic’ Himpunan Mahasiswa jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (Hima PBSI) 2013 yang mengusung tema “Puisi dalam Alunan Nada”, mengundang gemuruh tepuk tangan penonton yang memadati Pendapa Tedjokusumo Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta (FBS UNY) (8/5).

Acara ini menampilkan musik-musik akustik yang dibawakan mahasiswa jurusan PBSI mewakili kelasnya masing-masing dari angkatan 2009 hingga 2012. Perwakilan yang diutus di uji kemampuan musikalitas mereka dituntut bersaing dengan perwakilan dari kelas lain untuk menyuguhkan hiburan terbaik. Tidak hanya sekadar tampil menghibur, namun tiap perwakilan diberi wewenang untuk menyiapkan materi lagu yang akan dibawakan. Ternyata bukan sembarang lagu yang harus disuguhkan. Lagu yang dibawakan harus musik puisi atau puisi yang diberi nada-nada kemudian dinyanyikan dan kemudian akan dinilai kualitas penampilannya.

“Materi lagu atau musik puisi yang akan dibawakan ditentukan oleh para penampil sendiri namun panitia mengharuskan para penampil membawakan musik puisi karya sendiri atau musik puisi yang sudah populer namun diaransemen,” tutur Amilia Dwi Putri selaku ketua panitia.

Tak kalah meriah hadir sebagai bintang tamu, ASARKEM group musik akustik yang terkenal dengan musik puisinya yang turut mengambil bagian dalam acara tersebut. Tak lupa mereka juga membuka sesi diskusi terkait sejarah musik puisi di Yogyakarta serta berbagi tips dalam proses penciptaan atau proses aransemen puisi menjadi musik puisi.

Istilah musik puisi hanya berkembang di Jogja. Sedangkan di kota-kota lain istilah yang digunakan untuk menamai puisi yang dilagukan adalah musikalisasi puisi. Istilah musik puisi dikukuhkan pada tahun 2000-2002. Lalu tak lama kemudian menyusul kemunculan Komunitas Musikalisasi Puisi Indonesia. Transformasi teks puisi ke dalam musik puisi sama halnya dengan transformasi novel menjadi film atau transformasi cerpen menjadi naskah drama dll. Yang berbeda hanya proses penciptaannya saja. Namun pada proses transformasi puisi kedalam musik puisi terdapat catatan-catatan yang perlu diperhatikan. Sebuah puisi yang akan diaransemen menjadi musik puisi harus sebuah puisi yang sudah dikenal oleh masyarakat luas sebagai puisi.

“Diperlukan pengakuan sebuah teks yang akan diaransemen menjadi musik puisi sebagai puisi yang lahir dari tangan seorang penyair dan perlunya perhatian khusus terhadap kredibilitas arranger," tutur Fairuzul Mumtaz selaku perwakilan dari ASARKEM.

Acara yang digelar beberapa waktu lalu tersebut dilaksanakan dalam rangka penyelenggaraan ‘Titik Awal’ atau open house HIMA PBSI tahun 2013. Bukan hanya itu saja, acara yang melibatkan sebagian mahasiswa jurusan PBSI ini pun bertujuan untuk merekatkan kembali hubungan mahasiswa PBSI di semua angkatan dan menjadi wadah untuk menampung kreativitas mahasiswa jurusan PBSI dalam bermusik khususnya musik puisi.

Menanggapi acara pada malam itu, Fajar Setyawan selaku perwakilan kelas K angkatan 2010 yang turut tampil membawakan musik puisi yang berjudul “Di Ujung Dunia” karya ia sendiri sekaligus penampil yang dinilai telah menyuguhkan musik puisi terbaik dalam ‘Sarasehan Acoustic’ pada malam tersebut menyampaikan rasa terima kasihnya kepada HIMA PBSI dan pihak panitia yang sudah memberikan mereka kesempatan untuk tampil dalam acara tersebut.

“Acara ini bagus karena bisa menjadi wadah bagi teman-teman yang memiliki bakat dalam musik. Acara ini dapat menjadi sarana belajar dan menambah jam terbang. Terima kasih, semoga HIMA PBSI makin baik untuk kedepannya dan terus menampilkan hal-hal baru yang bermanfaat,” tuturnya. (DjWonga/HumasFBS)