Idul Adha di Tanah Manila

FBS-Karangmalang. Jarum jam menunjukkan pukul empat pagi. Langit masih segelap malam tak berbintang. Mentari masih belum ingin menampakkan batang hidungnya. Sebagian besar manusia masih terlelap dalam tidurnya. Namun hal tersebut tak berlaku bagi mereka yang jauh dari rumah atau bahkan jauh dari Tanah Air. Pagi itu tak seperti pagi-pagi biasanya. Pagi yang biasa dibuka dengan rasa enggan dan kantuk luar biasa namun kala itu memiliki aura berbeda. Sayup-sayup fajar yang belum menyingsing dipecah dengan derap kaki penuh semangat menuruni setiap anak tangga.

24 September merupakan hari yang spesial, khususnya bagi segenap pemeluk agama Islam. Derap kaki yang mantap diiringi dengan jantung yang berdegup kencang. Ini merupakan kali pertama menjalani hari raya jauh dari pangkuan Ibu Pertiwi. Sembilan mahasiswa UNY yang mengemban tugas studi dalam program sit-in (14-26/9) di De La Salle University Dasmarinas, Filipina, tak mampu menutupi rasa penasaran yang membuncah. Hari raya kala itu tak seperti hari raya sebelumnya. Tak ada kumandang takbir membelah angkasa.

Langit jam empat pagi hanya berhiaskan temaram lampu jalanan. Perjalanan dari kota Dasmarinas menuju Makati demi menjalankan ibadah hari raya ditemani warga lokal yang masih berjibaku mengais rejeki. Alih-alih kumandang takbir, suara klakson yang saling bersahutanlah yang memecah keheningan angkasa. Makati adalah area metropolis di kawasan Metro Manila yang menjadi pusatnya bisnis di Negeri Lumbung Padi. Di sana banyak terdapat kantor kedutaan dari berbagai negara di dunia, termasuk Republik Indonesia.

Hutan beton menghiasi Makati dan segenap kawasan Metro Manila. Gedung Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) pun hampir luput dari pandangan karena letaknya yang berhimpitan dengan gedung perkantoran di sekitarnya. Namun, tentu saja ada hal istimewa yang membuat gedung KBRI berbeda, yakni lambang Garuda Pancasila yang tampil dengan kokohnya di badan gedung. Perlahan langit berubah menjadi kebiruan pertanda sinar surya perlahan muncul dari ufuk timur. Satu jam perjalanan yang tidak terasa lama karena jalanan masih terhitung lengang.

Seiring dengan semakin ramainya KBRI dengan kedatangan umat Muslim dari berbagai negara, hati kian berdegup kencang. Ternyata tidak hanya warga negara Indonesia saja yang turut merayakan Idul Adha di KBRI Manila. Banyak pula dari mereka yang merupakan warga negara lain, seperti India, Arab, Pakistan, bahkan warga Filipina sendiri. Filipina adalah negara yang mayoritas warganya memeluk agama Katolik. Sedangkan muslim Filipina mayoritas berdiam di pulau Mindanao yang terletak di Filipina bagian selatan.

Kesempatan yang begitu terasa hangat tatkala bertemu dengan berbagai warga negara lain dalam sebuah hari besar. Tak hanya itu, kesempatan berbincang dengan Duta Besar Indonesia untuk Filipina, Johny Lumintang, di saf shalat selepas shalat Idul Adha menambah hangatnya suasana. Sosoknya yang bersahaja dan murah senyum membuat kesempatan bertemu terasa sangat kekeluargaan. Adapun beliau berpesan kepada kami untuk tetap belajar dan berkarya selagi muda.

Danang Waskito, salah satu mahasiswa peserta sit-in, memiliki kesan tersendiri dengan pengalaman menjalani Idul Adha bukan di Indonesia. “Terenyuh rasanya lebaran di negeri orang. Negeri dimana suara azan sangat jarang bahkan tidak ada sama sekali.” Hal yang sama turut pula dirasakan rekannya, Nila Wulandari, “Rasanya lebaran di luar negeri lebih menyedihkan. Tidak ada adzan dan takbir. Tapi kemudian nikmatnya terasa saat bertemu warga Indonesia di KBRI sehingga sedihnya terlupakan.”

Lega dirasa dalam hati tatkala kumandang takbir dapat didengar di sebuah tempat yang jarang dapat menemuinya. Meski tak dapat berkumpul bersama keluarga di Tanah Air, namun keluarga sesama muslim yang berdiam di sekitar Manila dapat menghiasi Idul Adha kala itu. Perbincangan dengan sesama warga Indonesia yang menjalani hari raya Idul Adha di KBRI Manila membuat mereka seperti saudara yang lama tidak bersua.

Usai merayakan secara sederhana bersama umat muslim lainnya, rombongan pun harus kembali ke Dasmarinas. Perjalanan pulang dari KBRI ditemani suara musik dalam perut dan kendaraan yang mulai merayap di jalanan Makati.  (Zidnie/HumasFBS)