KERUPUK DAUN BAMBU HASIL KREATIVITAS MAHASISWA FBS

FBS-Karangmalang. Indonesia terkenal dengan berbagai macam kulinernya. Antara Sabang hingga Merauke, memiliki “kekayaan” kuliner yang tanpa batas. Bahkan apabila dihitung mencapai jutaan variasi kuliner yang khas. Salah satu kuliner yang terkenal diberbagai daerah di Indonesia adalah kerupuk. Makanan sederhana ini dikenal masyarakat Indonesia sejak dahulu kala. Tidak ada kepastian kapan dan di mana kerupuk ini diproduksi oleh masyarakat. Namun, eksistensi kerupuk telah “mendarah daging” di dalam kultur masyarakat Indonesia.

Tetapi, pernahkah kita membayangkan bahwa kerupuk dapat dibuat dari bahan daun bambu? Barangkali hal tersebut masih menjadi keanehan tersendiri bagi sebagian orang. Namun, itu tidak menjadi hal yang aneh apabila ditangan kreatif seorang mahasiswi Universitas Negeri Yogyakarta. Sebut saja, Ade Rakhma Novitasari (FBS/PBSI), Ayu Siti Rochmah (FBS/PBSI), dan Dwi Endah S (FT/P.Boga), “menyulap” daun bambu menjadi camilan kerupuk. Berawal dari gagasan kreatif yang diwadahi oleh Dikti untuk membuat PKM-K (Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan), mereka melahirkan inovasi cerdas.

Awalnya, masih berbentuk gagasan tertulis yang berjudul “Kerupuk Daun Bambu (Kedapring) sebagai Camilan Sehat Khas Angkringan Yogyakarta”, namun setelah dikirimkan ke Dikti dan kemudian didanai sebesar Rp. 5.874.000,- akhirnya direalisasikan dalam bentuk produk yang siap dipasarkan. “Awalnya sih, kami melihat jumlah tumbuhan bambu yang melimpah di Indonesia, dan manfaat daun bambu yang jarang sekali dimanfaatkan, serta minat seseorang terhadap makanan gorengan. Ini menjadikan kami mencoba untuk mengolah daun bambu sebagai camilan sehat agar mudah dikonsumsi. Akhirnya, timbul pemikiran untuk mengolah daun bambu menjadi kerupuk.” Begitulah menurut Ayu saat diwawancarai reporter Humas FBS. “Kami juga mempunyai 10 relasi Angkringan di sekitar Yogyakarta yang berlangganan produk kami, dan 2 orang karyawan di Bantul untuk bersama-sama memproduksi Kedapring.” Ditambahkannya pula.

Karya cipta yang bernama Kedapring (kerupuk daun bambu) ini telah didaftarkan ke Departemen Kesehatan Kabupaten Bantul. Oleh karenanya, jangan khawatir terhadap kualitas produk, proses pembuatan, dan kandungan zat di dalamnya, karena semuanya telah terlegitimasi dan teruji secara kesehatannya. Harapan ke depannya menurut Ayu, “Semoga pemasaran beberapa bulan ke depan, dapat menembus ke berbagai daerah di Indonesia. Dan kami punya rencana untuk menginovasi kerupuk daun bambu tadi, dengan berbagai macam rasa yang dapat “menggoyangkan lidah” para konsumen.”

Disamping sebagai mahasiswa yang dituntut untuk belajar, melalui program PKM-K dari Dikti ini kita dapat menggagas usaha dan kalau pun didanai dapat diterapkan secara nyata. Dengan itu kreativitas selalu terimplementasikan dalam sebuah karya dan akhirnya dapat bermanfaat bagi orang lain. Seperti yang dilakukan ketiga mahasiswi berprestasi tersebut, gagasan cerdas dan inovatif. (Rony K. Pratama/HumasFBS)