Konsep Identitas dan Karya Sastra Thailand

FBS-Karangmalang. Tahun 2014 merupakan tahun pijakan bagi Universitas Negeri Yogyakarta untuk menyelenggarakan International Conference for Arts and Arts Education on Indonesia (ICAAE). Acara yang dilaksanakan selama dua hari ini (05-06/03/2014) memiliki dua Plenary Session pada hari pertama. Pada Plenary Session 1 para peserta dibuat “tersihir” oleh kepiawaian Prof. Dr. F. X. Mudji Sutrisno, SJ dan Prof. Dr. Suminto A. Sayuti dalam berdiskusi. Sedangkan pada Plenary Session 2, Prof. Dr. Ign. Bambang Sugiharto dan Prof. Dr. Kanchana Witchayapakorn mengambil alih kemudi diskusi. Bertempat di Ruang Seminar Gedung Pusat Layanan Akademik (PLA) lantai III, diskusi berlangsung dengan seru.

Prof. Dr. Ign. Bambang Sugiharto membuka sesi dengan pertanyaan tentang konsep identitas. Dosen Universitas Parahyangan tersebut mengatakan bahwa identitas bersifat kompleks dan memiliki hubungan dengan lingkungan sekitar. Hal ini dikarenakan identitas dibentuk berdasarkan hubungan dengan orang lain. Hal ini pula yang menyebabkan identitas itu sendiri bersifat dinamis dan terus mengalami perubahan. Beliau percaya bahwa apabila identitas seseorang tidak jamak, maka memiliki arti bahwa individu tersebut tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan, sehingga identitasnya bersifat stagnan.

Beliau menekankan pendidikan sebagai seni dan pendidikan seni. Baginya, seni adalah metode. Pendidikan sebagai seni (education as art) menciptakan kemungkinan untuk pemahaman tentang diri sendiri dan dunia. Sedang pendidikan seni (education of art) dapat memberikan pelajaran kepada manusia tentang pentingnya apresiasi sebagai media pembelajaran tentang kerumitan dunia. Beliau menilai karya sastra sebagai karya seni menggunakan pandangan kualitatif, yakni penilaian yang berdasarkan pada kedalaman cerita bukan pada bentuknya. Kedalaman cerita suatu karya sastra dapat dilihat dari kandungan cerita yang menggambarkan fenomena pada kehidupan yang sebenarnya.

Para peserta seolah dibuat menyelami dunia sastra Thailand dalam kacamata wanita ketika Prof. Dr. Kanchana Witchayapakorn menyampaikan presentasinya. Tak sembarang, karya sastra yang dipilihnya merupakan tiga karya terkenal di negerinya: Inao, Kritsana Sorn Nong Kam Chan, dan The Four Reigns. Ketiga cerita ini mengangkat wanita sebagai pusat cerita dengan menggambarkan sosok ideal seorang wanita. Di ketiga cerita tersebut, sosok wanita ideal begitu tergambar jelas, yakni ia yang lembut, patuh, dan rendah hati. Inilah yang membuat seorang wanita begitu dicintai orang banyak, seperti tokoh Bussaba dalam kisah Inao. (Zidnie/Rony/HumasFBS)