FBS-Karangmalang. Mahasiswa sudah tak lagi bermain dengan tarik tambang, nekeran, balap karung, pecah air, gobak sodor, dan sebagainya. Namun, mahasiswa cenderung bermain ke dalam dunia yang notabenenya moderenitas: jejaring sosial, nongkrong, atau pun serba cyber. Kondisi demikian, dapat menggerus kearifan lokal “dolanan” yang sifatnya penuh dengan lokalitas budaya. Berangkat dari hal tersebut, Hima PBSI UNY menyelenggarakan Lomba Dolanan pada Kamis (31/10/2013) di Lapangan Barat FBS.
    Lomba Dolanan ini diikuti oleh mahasiswa PBSI (Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia) lintas angkatan: 2011 hingga 2013. Acara yang masuk ke dalam momen Seangkaian Acara Bulan Bahasa tersebut dimeriahkan pula oleh pendukung atau supporter tiap kelas. Jadi, sore itu tak hanya perwakilan kelas saja yang ikut bertanding. Akan tetapi, para pendukung tiap kelas saling meneriakan “yel-yel” khas kelasnya.
    Abdur Rahman selaku ketua panitia Lomba Dolanan, menuturkan perlunya acara ini digalakan kembali. “Acara ini memang tak menghabiskan banyak dana layaknya sebuah seminar. Tetapi, makna yang terkandung di dalam acara ini sungguh besar. Kita akan bernostalgia bersama dengan permainan disaat kita kecil. Mungkin, permainan ini sudah jarang dimainkan oleh masyarakat,” jelas Abdur yang menjabat sebagai pengurus divisi Bakat dan Minat Hima.
    Respons positif yang disampaikan oleh peserta lomba juga perlu diapresiasi. “Pas main tarik tambang, aku jadi teringat masa kecil. Sederhana, tetapi menyenangkan. Aku kira di kampus tak akan menemukan permainan ini lagi. Ternyata Hima mengadakannya,” tutur Teguh. Panitia lomba juga menyediakan hadiah bagi sang juara. Uniknya, hadiah itu bukan berbentuk sertifikat atau pun trofi. Hadiahnya adalah serenteng makanan ringan: kuaci, permen sunduk, mie kremes, ciki gule ayam, dan sebagainya. Dengan dikemas menyerupai kalung sang juara, makanan ringan itu dikalungkan pada leher pemenang. Semoga kearfian lokal yang bernama Dolanan Jawa ini tetap dilestarikan. Salam Budaya! (Rony/Humas FBS)