Mahasiswa P.B. Jerman Kritisi Kurikulum 2013 melalui Forum Diskusi

FBS-Karangmalang. Hampir satu semester sudah, kurikulum baru 2013 diberlakukan untuk seluruh jenjang sekolah. Akan tetapi, dalam pelaksanaannya kurikulum tersebut masih menimbulkan banyak kebingungan. Banyak sekolah yang salah memahami bahkan keliru dalam menerapkan kurikulum tersebut, misalnya, adanya peleburan dan penghapusan mata pelajaran bahasa, baik bahasa daerah maupun bahasa asing kedua. Hal tersebut menyebabkan kekhawatiran dan keprihatinan khususnya bagi mahasiswa bahasa FBS, pasalnya, posisi sebagai guru bahasa yang telah mereka cita-citakan sejak sebelum menginjakkan kaki di FBS kini terancam hilang.

Mahasiswa P.B. Jerman seluruh Indonesia yang tergabung dalam IMBJI, tak terkecuali perwakilan dari P.B. Jerman UNY, melakukan pertemuan besar di Malang guna membahas dampak dari pemberlakuan kurikulum baru ini. Pertemuan besar tersebut membuahkan hasil yang selanjutnya diangkat dalam forum diskusi Bund der Deutsch-Studenten (Himpunan Mahasiswa Bahasa Jerman) pada Rabu (6/10) lalu. Sebagai pembicara utama, hadir dosen UNY sekaligus UIN Sunan Kalijaga, Benni Setiawan, M.Si. 50 mahasiswa terlibat dalam forum diskusi ini dan menyampaikan keresahan-keresahan mengenai masa depan mereka sebagai pendidik.

Kekhawatiran mahasiswa ini bukannya tanpa alasan. Tidak dapat dielakkan, bahwa prospek ke depan mahasasiswa P.B. Jerman adalah menjadi guru di SMA. Melihat banyaknya sekolah yang terpaksa menutup jurusan Bahasa dan menghapus mata pelajaran bahasa Jerman setelah pemberlakuan kurikulum 2013 ini, mahasiswa merasa kesempatan untuk mendapatkan ruang kerja di bidang mereka dipersempit. “Semua orang butuh pekerjaan, itu realitas yang ada di masyarakat! Tapi kita lihat, saat ini peluang kerja untuk lulusan P.B. Jerman sangat kecil, sementara output dari P.B. Jerman jumlahnya sangat banyak. Kita harus mulai memikirkan dan mempersiapkan yang akan terjadi di masa mendatang!“ kata salah seorang peserta dengan tegas.

Pun peserta diskusi juga menyayangkan penghapusan tersebut ketika sebetulnya banyak siswa yang berminat untuk mempelajari bahasa asing. Kiki, peserta diskusi asal Lombok Timur menerangkan bahwa minat siswa di daerahnya kepada jurusan Bahasa sangat tinggi. Namun, ia menganggap ada provokasi—yang justru datang dari guru dan orang tua—dengan pandangan bahwa jurusan bahasa tidak cukup penting untuk diselenggarakan di sekolah. Sentimen-sentimen negatif seperti ini tidak sepatutnya muncul dalam dunia pendidikan Indonesia.

Sebagai solusi, Ketua Jurusan P.B. Jerman FBS, Lia Malia, M.Pd. sebenarnya sudah mengadakan pembicaraan dengan Dekanat FBS untuk menyosialisasikan perlunya pengajaran bahasa asing, khususnya bahasa Jerman, di sekolah-sekolah. Tak cukup itu, sebagai hasil dari forum diskusi ini, mahasiswa P.B. Jerman melalui BDS berencana menyuarakan aspirasi mereka melalui surat kabar dan petisi.

Aksi menyuarakan aspirasi mahasiswa perihal kurikulum 2013 juga pernah dilakukan oleh mahasiswa P.B Jawa. Mahasiswa P.B. Jawa mendahului aksi tersebut sejak kurikulum ini belum diaplikasikan dengan langsung turun menghadap pemerintah untuk menyampaikan tuntutan mereka (15/01/13). (Zakia/HumasFBS)