Mahasiswa Seni Tari FBS Berkolaborasi dengan Koreografer Asal Perancis

FBS-Karangmalang. Kamis (17/01), Himpunan Mahasiswa Seni Tari (HIMASETA) Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) mempersembahkan pementasan tari yang mengusung tema  European Contemporary Dance Mask & Antique Choir.

Pementasan yang berlangsung di Laboratorium Karawitan tersebut merupakan hasil garapan kolaborasi antara Himaseta dengan Triomakasih. Triomakasih merupakan kumpulan tiga koreografer yaitu, Isabelle Cavoit dan Patrick Rabier yang berasal dari Perancis serta Putri Raharjo dari komunitas GAYAM 16 Yogyakarta.

Pementasan yang berlangsung mulai pukul 19.00 sampai 22.00 wib. tersebut merupakan follow-up dari workshop yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Seni Tari FBS UNY selama tiga hari berturut-turut yaitu pada tanggal (14-16/1/13) yang bertempat di ruang kaca Gedung Kuliah I FBS. Workshop ini menghasilkan 15 orang penari yang merupakan mahasiswa jurusan Pendidikan Seni Tari FBS UNY dari berbagai angkatan yang dilatih untuk menyiapkan pementasan yang diselenggarakan pada malam tersebut.

Acara dibuka dengan persembahan dua tarian yang dibawakan oleh mahasiswi jurusan Pendidikan Seni Tari FBS UNY yaitu, tari Zapin Melayu dan tari Bajidor Kahot. Selain menjalin kerjasama dengan koreografer internasional, persembahan tari kali ini merupakan hasil perpaduan dari berbagai elemen seni yaitu perpaduan antara seni musik, seni teater, dan seni rupa khususnya seni wayang atau topeng. Hal senada pun diungkapkan oleh Jatu Prawesti, mahasiswi jurusan Pendidikan Seni Tari angkatan 2010.  “Pementasan tari kali ini terasa berbeda. Penari yang mengikuti pementasan terlihat lebih bebas dalam mengekspresikan apa yang mereka bawa. Mereka tidak hanya mengandalkan olah tubuh tapi juga perasaan. Pementasan kali ini terlihat seperti opera," jelasnya.

Pementasan yang dibawakan oleh 15 orang penari ini diadopsi dari karya Shakespeare yang berjudul “A Midsummer Night’s Dream”. Tarian ini menceritakan tentang kehidupan para penghuni hutan. Terdapat tokoh badut dan peri hutan yang bercengkrama. Suasana jenaka dan keceriaan mendominasi pementasan tarian pada malam tersebut. Warna-warna cerah yang terdapat pada busana yang dikenakan oleh para penari turut menegaskan suasana ceria di atas panggung. (Djuwariyahwonga/Fitriananda/HumasFBS)