Mahasiswa Tiongkok: Bahasa Indonesia Itu Unik

FBS-Karangmalang. “Bahasa Indonesia itu unik dan mudah dipelajari. Menurut saya, ini merupakan pengalaman spesial bisa belajar di Indonesia, terutama di FBS UNY,” ungkap Wang Chujun (20), mahasiswi dari Guangdong University of Foreign Studies (GDUFS) ketika ditemui di sela-sela waktunya, Senin (9/3/2015).

Wang bersama 18 mahasiswa GDUFS lainnya mendapatkan beasiswa untuk belajar di jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNY selama satu tahun. Saat ini, mereka telah menempuh studi di UNY selama lima bulan melalui program Credit Transfer. Program tersebut ditujukan kepada mahasiswa semester lima hingga semester enam untuk belajar di luar negeri sesuai dengan jurusan yang mereka ambil. Selain belajar Bahasa Indonesia, mereka juga mempelajari budaya Indonesia, seperti wayang kulit, batik, gamelan, angklung, tarian adat, dan kerajinan tradisional lainnya.

Sementara itu, menurut Qin Lian (20) yang kerap disapa Ceria (mahasiswi GDUFS), ia mempunyai kesempatan yang lebih luas untuk belajar Bahasa Indonesia daripada bahasa lain. Alasannya, mereka harus menempuh jenjang S2 jika akan mengambil jurusan bahasa asing di luar Asia. Ia berharap agar kerjasama Indonesia-Tiongkok terus ditingkatkan, karena di kampus asalnya, tidak ada dosen yang berasal dari Indonesia.

“Sistem perkuliahan di FBS kurang lebih sama dengan kampus saya, hanya berbeda pada waktu kuliahnya saja” tambah mahasiswi asal kota Guangzhou tersebut. Ia mengungkapkan pula, bahwa perkuliahan di FBS berlangsung secara efektif dengan adanya kuliah tambahan dan bantuan dari tutor yang mendampingi mereka.

Di samping kegiatan perkuliahan, mereka juga telah mengikuti beberapa aktivitas di luar kampus, salah satunya adalah Culture Camp yang bertempat di Gunung Kidul, Yogyakarta. Selain itu, Huang Baoyi (21) (mahasiswi GDUFS) juga mempunyai keinginan untuk menyalurkan hobinya dalam olahraga tenis meja melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) di UNY.

Selain di Yogyakarta, ketiga mahasiswi tersebut juga telah mengunjungi beberapa daerah di Indonesia, diantaranya Bandung, Malang, Surabaya, Bali, dan Lombok. Mereka merasa kagum dengan orang-orang Indonesia yang menjaga kebudayaannya. “Everyone has batik in Indonesia, but in China, we don’t have any national costume,” jelas Wang yang sedang mempersiapkan dirinya untuk mengikuti International English Language Testing System (IELTS). Setelah menyelesaikan programnya di UNY, ia berencana untuk melanjutkan studi ke Selandia Baru.

Mereka menambahkan pula bahwa dalam kegiatan perkuliahan, mereka tidak ingin menjadi The Most One di kelasnya. Seperti filosofi Tiongkok yang mereka yakini “The Doctrine of the Mean”, bahwa dalam bertindak seseorang harus memilih jalan tengah. Oleh karena itu, mereka semua akan belajar sebaik mungkin hingga mencapai prestasi akademik yang diharapkan. “Try your best!,” tandas Kejora, sapaan Huang di Indonesia. (Eri/Muvida/Devi/HumasFBS)