Mengolah Kertas Meramu Pembelajaran Kreatif dan Edukatif

FBS-Karangmalang. Kertas memang telah menjadi kebutuhan manusia, terlebih institusi seperti institusi pendidikan. Penggunaannya masih menjadi kebutuhan pokok untuk banyak hal, seperti mengajar, memberi catatan, sampai evaluasi. Padahal penggunaan kertas secara berlebihan dapat mengakibatkan dampak negatif pada lingkungan. Jika dihitung-hitung akan butuh berapa pohon lagi yang ditebang? Lalu sikap apa yang harus ditempuh para pelaku institusi pendidikan?

Berikut liputan reporter Humas FBS, Fitri Ananda, mengenai beberapa alternatif penggunaan kertas untuk pembelajaran, utamanya pembelajaran bahasa asing (Jerman). Liputan ini ditulis berdasarkan karya tulis berjudul “Pengembangan Media Permainan dalam Pembelajaran Bahasa Jerman di Sekolah dari Bahan Kertas Bekas” karya Sri Ayu Habibah (PB Jerman 2011) dan Dwi Yuni Lestari S (PB Jerman 2010) yang berhasil lolos menjadi finalis pada Lomba Karya Ilmiah Tingkat Nasional (Penalaran Festival#2) di Universitas Andalas, Padang, April lalu.

Dengan memanfaatkan kertas bekas, mereka berdua ingin menciptakan pembelajaran yang kreatif. Pembelajaran bahasa dirasa perlu menggunakan media atraktif dan permainan edukatif karena dapat merangsang perkembangan emosi, perkembangan sosial, dan perkembangan fisik. “Permainan edukatif  penting bagi peserta didik karena dapat meningkatkan pemahaman terhadap totalitas dirinya,” singgung Ayu yang kini menjabat sebagai ketua Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) bidang penalaran dan penilitian, LIMLARTS di FBS.

Walaupun kini marak pembelajaran berbasis multimedia, Ayu optimis yang ia tawarkan tetap berguna. Memanfaatkan bahan dasar berasal dari kertas punya banyak kelebihan. Mudah didapat dan digunakan, murah, dan guru yang merupakan pelaku institusi pendidikan turut berperan dalam melestarikan lingkungan. “Prinsipnya 3R (reuse, reduce, and recycle),” ujar Ayu.

Dibimbing Dra. Retno Endah SM, M.Pd (Dosen PB Jerman), Ayu dan Uwik mencoba mengolah kertas menjadi beberapa permainan seperti Memory, Monopoli, Ular Tangga, Domino, Kimspiel, Textpuzzle, Satzpuzzle, dan Original und Faschung. “Permainan ini dapat digunakan untuk bermacam keterampilan bahasa,” jelas Uwik. “Ini memang bukan temuan baru, tapi kami mencoba dengan sentuhan lain,” tambahnya.

Mengapa mereka menjatuhkan pilihan untuk membuat hal tersebut? Alasannya sederhana, karena pembuatannya tidak membutuhkan keahlian khusus sehingga setiap guru dapat melakukan sendiri dan media ini dapat digunakan dalam berbagai mata pelajaran, dengan kata lain bersifat multifungsi dalam pembelajaran. (Fitriananda/Humasfbs).