Nguri-uri Kebudayaan Lewat Sanggar Sastra Jawa

FBS-Karangmalang. Alunan gamelan mengiringi tinggi rendah suara sinden yang menembang syahdu menyayat. Sesaat berikutnya, tirai panggung terbuka dan tampak merah karena sorot lampu. Penonton diam, Laboratorium Karawitan Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta (FBS UNY) mendadak senyap sejenak.

Beberapa penonton kasak-kusuk, ada yang ketakutan lalu komat-kamit berdoa. Penonton di tepi depan panggung sejenak merinding, bau-bau dupa dan menyan menyeruak. Sekitar lima menit kemudian, dari arah belakang beberapa orang menjunjung keranda serta menebar bunga. Para penonton perempuan berteriak histeris menambah ngeri suasana.

Rombongan penjunjung keranda berhenti di atas panggung. Segera, mereka letakkan perlahan keranda bertudung batik di tengah-tengah panggung. Gamelan ditabuh lagi. Lampu hanya menyorot panggung dan penonton makin terbius.

“Ini penampilan drama yang berbeda, berani, dan penuh  kejutan,” tutur Lucky menanggapi suasana adegan pembuka dari pementasan drama berjudul Pedhut Kasidan (30/5) yang dipentaskan oleh mahasiswa Pendidikan Bahasa Daerah kelas H 2010.

Pedhut Kasidan sendiri adalah pementasan puncak dari mahasiswa angkatan 2010 yang mendapat mata kuliah Sanggar Sastra Jawa. Pementasan sudah dilaksanakan sejak 29/5 dan berakhir pada 30/5. Kegiatan yang dimaksudkan menjadi wadah “ngangsu kawruh” ini merupakan bentuk dari Ujian Akhir Semester (UAS) mahasiswa semester 6.

Mata kuliah yang diampu Dr. Suwardi Endraswara dan Afendi Widayat, M.Phil. tersebut selalu menjadikan pementasan drama sebagai aplikasi ujian. Hal ini bertujuan agar mahasiswa dapat berekspresi dan mempraktekkan teori yang didapat. Afendi dalam sambutannya mengungkap kekagumannya terhadap hasil karya mahasiswa yang tiap tahunnya mengalami peningkatan. “Kami sedang berencana, kedepannya pementasan ini dapat dilakukan di luar kampus,” ujarnya.

Tak berlebihan memang rencana tersebut, karena dilihat dari penampilan pertama dari kelas  G yang memainkan Bajang Kaladete dan kelas A yang menggarap naskah bejudul Asmaradohana pada hari pertama (29/5), para mahasiswa mampu menampakkan performa yang mantab dan matang. Kemudian, pada hari berikutnya (30/5) giliran kelas B membawakan drama Kidung Bumi Blambangan dan kelas H dengan sukses membawakan Pedhut Kasidan.

Dari acara sedemikian ini, Pendidikan Bahasa Daerah (PBD) tak hanya piawai menyuguhkan tontonan berkelas dan menarik, namun mereka juga mengajak “Indonesia” untuk nguri-uri kebudayaan. Hal itu terlihat dari dialog naskah yang kesemuanya menggunakan bahasa Jawa. Sungguh, suatu tontonan menarik dan “bergizi”! (Fitriananda/Humasfbs)