Parade Pentas Mahasiswa PBD: Bukan Sekadar Mata Kuliah, Sanggar Sastra menjadi Ajang Eksplorasi Diri tentang Kesenian yang Sarat akan Budaya

FBS-Karangmalang. Alunan suara gamelan nyaris tak pernah berhenti di Fakultas Bahasa dan Seni, FBS UNY. Salah satu permainan gamelan bulan Mei lalu ramai mengiringi serangkaian pentas drama mahasiswa Pendidikan Bahasa Daerah (PBD). Pentas ini merupakan salah satu mata kuliah PBD di semester 6. Setiap tahun selalu diselenggarakan pementasan. Tahun 2015 ini dengan Pimpinan Produksi (Pimpro) Kelas A Herdiana Melati Sukma, kelas B Eddy Santoso, dan Nur Agung Wibowo kelas G, dengan mengusung tema “Grubyug Sanggar Sastra” atau kerukunan antar kelas. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Daerah angkatan 2012, suguhkan serangkain pentas yang luar biasa. Pentas ini merupakan salah satu syarat mata kuliah namun tujuan lainnya adalah sebagai ajang eksplorasi kelas dimana tiap kelas mempunyai keunggulan tersendiri baik setting, aktor, tari maupun karawitan dan masing-masing kelas menyuguhkan keunggulannya masing-masing. Selain itu adalah ajang untuk mengakrabkan seluruh mahasiswa PBD itu sendiri.

Setiap proses pasti menemui kendala. Salah satunya adalah berbenturannya acara di Fakultas Bahasa dan Seni dan masalah perijinan tempat. Kendala lain adalah kesadaran SDM terkait ketepatan waktu masih kurang, hal ini karena pementasan drama merupakan proses awal atau proses pertama selama duduk di bangku kuliah. Selain itu, kurangnya SDM dari salah satu kelas yang mengharuskan pihak luar kelas terlibat. Belum lagi kesibukan dosen pembimbing sehingga kurangnya pengawasan dalam proses namun itu semua tidak menyurutkan antusiasme mahasiswa untuk melajutkan hingga tahap pementasan. Selain adanya kendala, proses ini mendapat apresiasi yang sangat baik dari warga FBS.  Kepedulian baik dari mahasiswa PBD, pengurus HIMA ataupun pengurus Ormawa lainnya sangat luar biasa sehingga sangat membantu kelacaran pentas dari tiap-tiap kelas.

Harapan dari ketiganya adalah jadikan setiap proses menjadi ajang untuk saling merekatkan diri.  Bahasa Jawa bisa keluar dari garis aman tapi tidak kehilangan esensi Jawanya sendiri. Pentas ini merupakan hal yang sangat bagus untuk pembelajaran sehingga akan ada baiknya jika sistem birokrasi terkait perijinan tempat dan alat latihan dipermudah sehingga mendukung kegiatan mahasiswa. Besar harapan pula jika adanya peningatan sarana dan prasarana kampus.

Pesan untuk masyarakat FBS dari ketiga Pimpro tersebut adalah jangan takut berekspresi dan jangan hanya terpaku dengan apa yang sudah ada di FBS. Lingkungan kita adalah lingkungan seni, maka kembangkanlah seni agar tidak tabu di mata masyarakat, masyarakatkanlah seni dan senikanlah masyarakat dengan baik dan teruslah apresiasi kesenian di sekitar kita.

Sopo sing nandur bakal ngunduh. Siapa yang menjalankan proses dengan baik, maka akan menikmati hasilnya di pentas kelak. Demikian pesan Herdiana selaku Pimpinan Produksi Kelas A PBD 2012. (Palupi/HumasFBS)