PELATIHAN BAGI GURU-GURU SD se-KOTA YOGYAKARTA

FBS-Kota Yogya. Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta bekerja sama dengan tim English for Children UNY menyelenggarakan pelatihan bagi guru-guru SD se-Kota Yogyakarta selama lima hari (21/9-25/9)

Ketua panitia, Nuri Supriyanti, M.A, mengatakan bahwa posisi bahasa Inggris sebagai muatan lokal (mulok) di tingkat SD berdampak pada performa guru bahasa Inggris yang tidak bisa maksimal dalam mencapai tujuan pembelajaran bahasa Inggris. Padahal di satu sisi, pembelajaran bahasa Inggris sejak dini menjadi tuntutan pendidikan, terutama pendidikan kota Yogyakarta yang menjadi basis pendidikan bermutu di Indonesia.

Masih menurut Nuri, pengajaran bahasa Inggris untuk anak-anak sebenarnya berbeda dengan remaja dan dewasa. Bahasa Inggris di tingkat SD lebih bersifat performatif, terkait dengan konteks kehidupan sehari-hari siswa. Berbeda dengan SMP yang mengajarkan bahasa Inggris dalam bentuk fungsional, sedangkan bahasa Inggris level SMA yang lebih bersifat informational.

Oleh karena itu, menurutnya, guru SD dituntut untuk menciptakan kegiatan belajaran mengajar yang menarik dan menyenangkan bagi siswa.  Pun pembelajaran bahasa Inggris di tingkat SD tidak sekedar tentang pengenalan kosakata, namun juga pengenalan bahasa sederhana dalam bahasa Inggris.

Dalam pelatihan ini, para guru SD dilibatkan dalam workshop yang mengenalkan guru berbagai metode pembelajaran, media, dan strategi pengajaran dalam mengembangkan keterampilan bahasa siswa dalam reading, speaking, writing dan listening.berbagai media seperti lagu, permainan, drama, total physical response, dan project and craft dapat digunakan oleh guru SD dalam mendesain pembelajaran bahasa.

Pelatihan tersebut diikuti oleh 40 guru SD dengan menghadirkan pemateri dari dosen-dosen Pendidikan Bahasa Inggris yang tergabung sebagai tim English for Children. Pelatihan ini sudah menjadi pelatihan tahunan dan kini menginjak pada tahun ke-6.

”Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan bahasa Inggris bagi para guru SD sehingga mereka bisa mendesain pembelajaran yang membangkitkan kesenangan siswa dalam menggunakan bahasa Inggris secara sederhana,” ujar Nuri Supriyanti. (febi)