Pelatihan ICT dari SEAMOLEC: 'Digital Games' sebagai Media Kreatif Pembelajaran Bahasa

FBS-Karangmalang. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Indonesia mengikuti workshop pembuatan digital games sebagai media kreatif pembelajaran bahasa selama 3 hari bersama SEAMOLEC (2-4/12). SEAMOLEC adalah institusi yang bernaung di bawah Organisasi Menteri-Menteri Pendidikan se-Asia Tenggara atau Southeast Asian Ministers of Education Organization (SEAMEO) yang bertanggung jawab untuk mengembangkan Pendidikan Terbuka dan Pendidikan Jarak Jauh di Asia Tenggara. SEAMOLEC menciptakan inovasi pembelajaran berbasis permainan komputer yang dapat membantu siapa saja untuk mengembangkan permainan sebagai media pembelajaran tanpa harus memiliki pengetahuan pemrograman terlebih dahulu. Aplikasi pembelajaran ini disebut Role-Playing Games (RPG). Mahasiswa pun berkesempatan mengikuti tutorial tentang RPG dilanjutkan dengan praktik pembuatan games untuk menciptakan permainan pembelajaran bahasa kreasi sendiri. Namun kegiatan tidak hanya berhenti pada pelatihan ini saja, mahasiswa akan diarahkan untuk membuat proposal skripsi sesuai dengan ilmu yang mereka dapatkan dari workshop ini demi memenangkan beasiswa penelitian.

Menurut Dra. Pangesti Widharti, M. App. Ling, Ph.D.,“Media pembelajaran dalam pengajaran Bahasa Indonesia cenderung belum variatif dan belum memanfaatkan ICT”. Untuk itu, lanjut dosen FBS UNY yang kebetulan menjadi ketua panitia, pelatihan ini dimaksudkan untuk memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang peran dan keuntungan ICT dalam perkembangan media pembelajaran bahasa sekaligus melatih para calon guru ini untuk membuat games sebagai media kreatif pembelajaran. Pentingnya games sebagai media pembelajaran juga ditekankan oleh penulis buku Game-Based Learning: What it is, Why it Works, and Where it’s Going (2009), Jessyca Trybuss. Menurutnya, pembelajaran bahasa melalui permainan mampu memotivasi dan membuat siswa terlibat dalam proses pembelajaran.

Namun, Pangesti Widharti mengeluhkan bahwa program gratis ini masih belum mendapatkan apresiasi maksimal dari mahasiswa. ”Selama tiga hari, hanya sekitar 75% peserta yang hadir, dan kebanyakan peserta yang hadir terlambat tiba di ruang workshop padahal ilmu selama tiga hari ini berkesinambungan dan pengarahan tidak bisa diulang kembali.” Ini menjadi refleksi bagi mahasiswa ke depannya. Pangesti mengajak, “bagi mahasiswa, ambil setiap kesempatan yang diberikan fakultas secara maksimal”. ”Dan sudah saatnya mengubah pola pikir kita dari sertificate-oriented menjadi knowledge-oriented,” ungkapnya tegas. (Febi)