Pementasan Drama "Sampek dan Engtay"

FBS-Karangmalang. Satu lagi produksi mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) muncul di permukaan. Adalah pementasan drama “Sampek Engtay” karya Nano Riantiarno.

Doorr!!! Suara petasan meledak ketika kuburan Sampek terbuka diiringi riuh tepuk tangan penonton yang memadati Stage Tedjokusumo Fakultas Bahasa dan Seni UNY, Senin (22/12/2014) lalu. Adegan ini merupakan ending dari pentas drama yang berjudul “Sampek dan Engtay”.

Pentas drama ini menarik animo masyarakat, baik mahasiswa maupun masyarakat umum. Penonton juga ada yang datang dari luar kota, seperti Cilacap, Purwokerto, dan daerah lainnya.

Hujan gerimis tidak mengurangi antusiasme penonton untuk tetap menyaksikan pentas yang merupakan pentas terakhir dari parade pentas drama mahasiswa PBSI angkatan 2012 di tahun 2014 ini.

Selain karena cerita ini sudah melegenda, konsep dekorasi luar dan dalam Stage Tedjokusumo menarik minat penonton. Begitu menginjakkan kaki di pelataran menuju stage, pengunjung disambut dengan dekorasi khas China dan klenteng. Lakon ini dipentaskan oleh Teater Topeng, komunitas teater dari mahasiswa kelas A Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, UNY.

Pementasan ini dilakukan sebagai tugas akhir mata kuliah drama yang diampu Dr. Nurhadi, M.Hum. Meski bisa dibilang sebagai tugas kuliah, tapi penggarapan lakon tetap dilakukan dengan serius, mulai dari keaktoran, make up, kostum, setting, sampai lightingnya.

Sampek Engtay berkisah tentang cerita cinta yang terhalang kehendak orang tua. Ditulis Nano Riantiarno, berdasarkan legenda cinta rakyat China. Pertunjukan lakon ini dibawakan dalam genre komedi.

“Dua jam pementasan diwarnai banyolan dan candaan segar para pemain, sehingga penonton pun di jauhkan dari rasa bosan. Dan asyiknya lagi, sebelum masuk ke stage tiap pengunjung mendapatkan angpao yang berisi voucher dan stiker,” kata sutradara Azizi.

Empat hari sebelumnya, tepatnya 18 Desember 2014, di tempat yang sama dipentaskan “Gubernur Nyentrik (Episode: Negeri Para Pelupa)” oleh Sanggar Arcana. Pementasan ini menyedot perhatian peminat teater untuk berbondong-bondong menyesaki salah satu gedung pertunjukan tersebut.

Dua orang pengamen berdiri di muka panggung menyanyikan lagu untuk sang Gubernur Nyentrik, Gubernur Negeri Para Pelupa. Suasana berubah seketika, ketika lampu panggung menyorot ke arah seorang lelaki dengan sepeda antik memasuki panggung. Ya, itulah Gubernur Nyentrik, gubernur yang rela memiskinkan dirinya dan telah merencanakan pembangunan mega proyek sebagai monumen atas karirnya sekaligus untuk kesejahteraan rakyatnya.

Pementasan ini merupakan serangkaian dari pementasan ujian akhir mata kuliah Drama (pengampu Dr. Nurhadi, M.Hum) di Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Sanggar Arcana, yang dimotori oleh mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia A 2012, berusaha menampilkan garapan terbaik mereka dengan mengangkat naskah karya Agustan T. Syam. Dengan didukung tata artistik yang apik dan unik, pementasan ini memadukan konsep ala negeri dongeng (kostum dan make up) yang mendapat respon luar biasa dari para penonton.

Disutradarai Weda S. Atmanegara dan pendamping proses Febrinawan “Giant” Prestianto, Sanggar Arcana berserta segenap crew telah berusaha menampilkan teks sebagai sesuatu yang dimainkan.

“Pengembangan trik-trik yang spectacle, gimick, pemanggungan yang mengacu pada spirit teater tradisional dan sedikit kontemporer ini. Kami tempuh untuk lebih banyak menciptakan kejadian, peristiwa di panggung,” ungkap Febrinawan selaku pendamping proses. (mar/jko/weda)

Tags: