Pentingnya Publikasi Karya Ilmiah

FBS-Karangmalang. Publikasi karya ilmiah menjadi agenda penting bagi para akademisi, bukan hanya sebagai prasyarat semata. Tetapi, hal tersebut juga dilakukan untuk masa depan bangsa Indonesia. “Kalau hasil penelitian hanya disimpan di perpustakaan, siapa yang berminat untuk membacanya? Apalagi dengan tebalnya halaman yang ada. Bisa-bisa, mau membaca saja malas,” seloroh, Prof. Dr. Pratomo Widodo, M.Pd. (28/6).

Diikuti para mahasiswa yang tengah merampungkan skripsi, Pratomo juga bercerita banyak mengenai sejarah pentingnya sebuah jurnal ilmiah. Indonesia yang memiliki mahasiswa lebih banyak dari Malaysia, hasil penelitiannya jarang terekspos. Malahan, hasil dari mahasiswa Malaysia banyak yang menjadi acuan. Salah  satu hal tersebutlah yang membuat Dirjen Dikti mengeluarkan surat edaran bagi mahasiswa S1, S2, dan S3 wajib menulis ringkasan karya ilmiah dan diterbitkan dalam jurnal online maupun tidak.

Berangkat dari itu pula, Sulis Triyono, M.Pd., dosen jurusan PB Jerman Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta (FBS UNY) menginisiasi acara bertajuk Workshop Penulisan E-Journal “Theodisca Lingua”. Theodisca Lingua sendiri adalah jurnal PB Jerman yang ajeg terbit sejak pertengahan 2012 lalu. Nama jurnal tersebut diambil dari bahasa Latin yang berarti Bahasa Jerman.

Menempati Ruang Seminar GK 1, Pratomo mengemukakan bahwa jurnal ilmiah yang ideal adalah yang enteng namun berisi. “Pemilihan judul yang singkat itu berpengaruh,” kata Profesor Germanistik pertama di Indonesia itu. Merunut rambu-rambu artikel e-journal yang disusun Tim Jajaran UNY, judul dalam bahasa Indonesia ditulis maksimal 14 kata, sedangkan dalam bahasa Inggris 10 kata. “Memformulasi judul itu juga perlu latihan, butuh proses,” tambahnya yang baru-baru ini akan di undang ke Italia berkat jurnal ilmiah yang ia tulis.

Selanjutnya yang diperhatikan adalah jumlah halaman, maksimal cukup 6-12 halaman saja.  Hal penting lainnya adalah penulisan abstrak. Abstrak sendiri bisa dikatakan jendela pertama orang menilik sebuah karya. “Tulis singkat berisi 100-150 kata dalam dua bahasa, Indonesia dan Inggris,” jelas Pratomo. Jangan lupa pula mengoreksikan tulisan kepada reviewer. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kesalahan.

Pada dasarnya, jurnal ilmiah sendiri berisi ide dasar penelitian, proses penelitian, hasil penelitian dan makna, pemanfaatan atau pengimplementasian. Isi dan lingkup artikel sebuah jurnal itu sama dengan isi tulisan tugas akhir yang disajikan dalam bentuk artikel bukan laporan penelitian atau kajian. “Yang penting, semakin singkat semakin baik,” tutup Pratomo. (Fitriananda/Humasfbs)