Program “Au-Pair”, Banyak Jalan Menuju Eropa

FBS-Karangmalang. Ada banyak jalan menuju Eropa, salah satunya dengan mengikuti program Au-pair. Apa itu Au-pair dan bagaimana mengikutinya? Fajar I. Nugroho (alumni PB Jerman) dan Anita Widyaningrum (PB Jerman 2008) membahasnya dalam acara “Diskussion Forum: Eropa, Hanya Mimpi?” yang diadakan Himpunan Mahasiswa Jurusan PB Jerman, Bund der Deutschstudenten (BDS), Selasa (28/5) lalu. Diskusi yang berlangsung di Pendapa Tedjokusumo ini diikuti mahasiswa berbagai jurusan dan merupakan agenda tahunan BDS. “Kami sengaja membahas tema Au-pair supaya teman-teman terbuka pikirannya bahwa ada banyak jalan menuju Eropa,” terang Mirza (PB Jerman 2011) selaku ketua panitia.

Program Au-pair sendiri merupakan program bagi anak muda, wanita, maupun pria, yang biasanya berusia 18-24 yang berkeinginan kuat untuk belajar bahasa dan budaya di negara tujuan, seluruh dunia. Para Au-pair nantinya akan tinggal bersama keluarga tamu di negara tersebut. “Karena biaya hidup sudah ditanggung, otomatis Au-pair juga harus membantu keluarga tersebut, seperti menemani anaknya bermain dan melakukan sedikit pekerjaan rumah tangga,” terang Fajar yang juga guru SMA N 3 Yogyakarta itu.

Fajar menjelaskan bahwa Au-pair berbeda dengan seorang Babysitter, karena seorang Au-pair hanya bekerja maksimal delapan jam perhari. Di sana mereka juga berkesempatan untuk mengikuti kursus bahasa dan juga mendapat uang saku bulanan dari keluarga tamu. “Pengalaman saya Au-pair di Jerman pada 2010 lalu, saya mendapat uang saku 260 Euro perbulan. Selain itu, Au-pair juga diberi hak libur minimal satu hari dalam seminggu dan diperbolehkan jalan-jalan lintas negara,” ungkapnya.

Hal demikian juga dialami Anita Widyaningrum yang baru saja pulang dari Au-pair pada 2012 lalu, ia yang dulu berangkat saat semester 4 mengungkap, “Dengan mengikuti Au-pair, saya bisa belajar langsung dengan orang Jerman, membaca buku-buku klasik yang ada di Jerman dan mengunjungi kota-kota bersejarah di Jerman.” Kebetulan, Anita yang sedang sibuk skripsi itu sangat terkesan dengan pengalamannya mengasuh anak kecil Jerman. “Saya mengasuh anak umur 2,5 tahun, di mana dia aktif sekali bertanya, dari cara itulah perbendaharaaan kosa kata saya semakin bertambah,” tuturnya.

Lalu bagaimana sesorang bisa mengikuti Au-pair? Ada beberapa cara, diantaranya lewat agen atau individu mencari sendiri. Hal pertama yang harus dilakukan adalah berusaha menemukan family. Setelah menemukan, segeralah menghubungi mereka. Biasanya hubungan dilakukan via email. “Kalau bukan dari Agen, seseorang bisa membuka situs Au-pair resmi seperti website http://www.aupair-world.net/,” kata Fajar. Jika sudah cocok, seseorang tingggal mempersiapkan diri untuk keberangkatannya.

Untuk keberangkatan, ada hal yang harus diperhatikan untuk membuat Visa. Yang krusial adalah surat kontrak dan surat undangan keberangkatan dari keluarga tujuan. “Kalau ingin ke Jerman, selain itu juga dibutuhkan sertifikat A1 dari Goethe Institut. Yang pasti juga persiapkan mental, sering bertanya juga pada orang yang sudah berpengalaman,” tambah Anita.

Nah, apakah Anda berminat? Jika ya, silahkan mencari infonya sedini mungkin supaya persiapan lebih matang. Jangan lupa, pastikan waktu keberangkatan Anda. Selagi kuliah kemudian mengambil cuti atau menanti lulus. Semua keputusan ada di tangan Anda. Selamat mencoba! (Fitriananda/Humasfbs)