"Royal Dances" di Pembukaan POMNAS XIII

      Kraton Yogyakarta-Yogyakarta. Ucapan selamat datang kepada peserta POMNAS XIII diterjemahkan lewat tari Sekar Pujaastuti di Welcome Party malam tadi di Kraton Yogyakarta (24/11). ‘Tari pembuka POMNAS XIII ini adalah tari kolosal yang menceritakan tentang para “astuti”, atau wanita, yang sedang melakukan ‘puja’  ,” jelas Wien Pudji, Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari yang mendampingi rombongan.

      Saat gong mulai berdentum, 11 penari berkostum emas mulai muncul menghipnotis mata penonton di depan panggung. Dengan tari gaya klasik Yogyakarta, para penari memulai penampilan dengan duduk layaknya sesembahan. Saat mereka tegak berdiri, gemerlap cahaya bangsal Pagelaran memantulkan pesona setiap gerakan mereka. Keeleganan lentik tangan tarinya mencerminkan lembutnya wanita Jawa. Penari kemudian melakukan formasi berputar dengan gerakan kaki jinjit (berdiri dengan menggunakan ujung telapak kaki bagian depan). Saat mereka memainkan selendang, pesona penari semakin terpancar seolah-olah mengatakan keramahan akan selalu menyambut tamu yang datang. Gamelan dengan pilihan dinamika nada yang lembut menambah keselarasan tari royal ini hingga di akhir gerakan.

    Di tengah acara, penonton pun disuguhkan dengan tari beksa Menak Putri Rengganis-Widaninggar. Tari yang dipersembahkan spesial dari Keraton Nngayogyakarta ini dimainkan oleh dua penari putri yang menunggang dua burung menak. Berbeda dengan tari sebelumnya, gerakan penari di tari klasik ini lebih mencerminkan wanita gigih dan kuat dibalik kelembutannya. Tari ini menggambarkan dendam Dewi Widaninggar yang dibunuh oleh Kelaswara, ibunda Putri Rengganis.  Dengan kesaktian yang sama, akhirnya tiada yang menang dan dendam tersebut meredam. Tari ini diakhiri dengan munculnya burung menak yang bertengkar hingga akhirnya dipisahkan oleh masing-masing majikannya. Akhir yang bahagia ini dibalas dengan tempukan serempak dari penonton. (Febi/HumasFBS)