Tari Tradisi: ‘Ditinggal atau Diselamatkan’?

FBS-Karangmalang. Tari tradisi merupakan salah satu produk kebudayaan yang tumbuh dan hidup di tengah masyarakat secara turun-temurun. Namun seiring perkembangan zaman, keberadaan tari tradisi seolah digeser dengan keberadaan pengaruh tarian-tarian modern. Menyikapi hal tersebut, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNY menggelar Bincang Bimbang Mahasiswa (BBM ) dengan mengusung tema “Tari Tradisi Ditinggal atau Diselamatkan” (27/11).

Acara diskusi yang digelar di Pendapa Tedjokususma tersebut dibuka dengan tarian Golek Ayun-Ayun yang merupakan salah satu tari tradisi daerah Jogja. Hadir sebagai Ni Nyoman Seriyati selaku pembicara selaku dosen Pendidikan Seni Tari dan dimoderatori oleh Maharam, Pendidikan Seni Tari angkatan 2013.

Disebutkan bahwa pada dasarnya tari dapat dibagi menjadi dua yaitu tari tradisi klasik dan tari tradisi kerakyatan. Seni tari klasik adalah kesenian tari  yang berkembang dilingkungan keraton sedangkan seni tari kerakyatan berkembang dikalangan masyarakat pedesaan dan tidak diikat oleh aturan-aturan yang baku.

Mengingat eksistensi seni tari klasik  maupun seni tari tradisi kerakyatan yang mulai redup Nyoman pun menghimbau kepada peserta yang hadir pada diskusi bahkan menghimbau kepada generasi muda guna mencoba mengapresiasi seni tari tradisi.

“Mengapresiasi seni tari tradisi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dalam artian kita turut langsung untuk mempelajari tari tradisi yang ada sedangkan mengapresiasi secara tidak langsung adalah dengan menghadiri pertunjukan seni tradisi”, tuturnya  Bahkan ia pun menghimbau agar para pegiat seni tari untuk berinovasi dengan memasukan unsur-unsur modern seperti dimanfaatkannya instrumen musik diatonis dalam seni tari.

“Perlu diinovasi dan diberi sentuhan kreasi guna menyeimbangkan kebutuhan dan selera masyarakat saat ini. Usaha ini cukup efektif untuk melestarikan keberadaan seni tari tradisi dalam kehidupan masyarakat”, imbuhnya. (Djuwariyah Wonga/HUMAS FBS)