Theo Wobber: Hubungan antara Guru dan Murid, Kunci dari Prestasi Pendidikan

FBS-Karangmalang. Hubungan guru dengan murid memiliki hubungan dengan prestasi siswa. Bukan maksud Wobber untuk menyimpulkan keeratan hubungan antara guru dan siswa itu memiliki berakibat pada meningkatnya prestasi siswa. Namun, ia menekankan bahwa semakin erat keterikatan dan semakin kuat bentuk kontrol yang terjalin antara guru dan siswa, semakin baik prestasi siswa. Keterikatan hubungan antara guru dan siswa itu melibatkan adanya kejujuran, keterbukaan, dan saling penghormatan antara guru dan siswa. Hubungan ini membuat atmosfer kelas berubah menjadi ruang kesempatan seluas-luasnya bagi siswa untuk belajar dengan menyenangkan dengan apapun. Di aspek lain, hubungan antara guru dan siswa yang bersifat kontrol itu juga penting karena ini dapat mempermudah guru untuk mengatur kelas, mempermudah guru memberi instruksi kepada siswa, dan mendapat perhatian siswa ketika ia berpresentasi.

Lebih lanjut, hasil penelitian Wobber yang berjudul “The Comparison of Teacher-Students Relationship between Netherland and Indonesia" menunjukan hubungan guru-siswa di Belanda lebih cenderung bersifat terikat (affiliative), sedangkan di Indonesia lebih cenderung bersifat kontrol. “Dominannya Guru-guru di Indonesia itu directive dan authoritative sedangkan guru-guru di Belanda lebih bersifat toleran.” Tentunya Wobber menyadari bahwa ada pengaruh budaya yang membuat dua negara ini memiliki karakter hubungan guru-siswa yang berbeda. “Di Belanda, power distance itu rendah sedangkan Indonesia termasuk bangsa berkarakter power distance yang tinggi”.

Kendati demikian, dia merekomendasikan Indonesia untuk menerapkan kedekatan hubungan guru dan siswa yang bersifat terikat. “Pasalnya, keterikatan dan kontrol itu faktor yang mendukung satu sama lain dalam kesuksesan kegiatan di kelas, jadi ada baiknya guru di Indonesia memikirkan bagaimana mengadaptasi bentuk hubungan keterikatan yang sesuai dengan budayanya”, terangnya. Sebagai contoh dari hal termudah, hubungan keterikatan di kelas bisa ditunjukan dengan bahasa non-verbal seperti menjelaskan pelajaran sambil berjalan mendekati siswa-siswa ketimbang duduk saja di meja, menjelaskan pelajaran dibantu dengan gerakan tubuh atau ekspresi muka, dan menggunakan candaan di kelas. “Yang terpenting, guru harus mampu membangun kedekatan antarpersonal sekaligus mampu mengontrol kelas tanpa membuat siswa menyadari bahwa dia di dalam kontrol.”, terangnya.

Namun, rekomendasi dari hasil penelitian ini bisa saja hanya berstatus lips service. Jadi, agar keterikatan hubungan guru dan siswa ini bisa tertanam sebagai karakter guru dan siswa, Wobber menekankan pentingnya internalisasi pengetahuan kewarganegaraan “Di Belanda, demokrasi diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ada proses mendengar satu sama lain, bahkan antara guru dan siswa, sehingga terjadi kesalingpahaman dan akhirnya terjalin hubungan saling menghargai dan mendukung.”, jelas Dekan Faculty of Social and Behavior Science dari Utrecth University ini. (Febi)