Kritik Terhadap Dunia Anak-Anak Melalui Pop Art

FBS-Karangmalang. Masa kanak-kanak merupakan masa yang kerap kali diwarnai dengan beragam proses pengenalan dan pembelajaran yang tak jauh dari “dunia bermain”. Tak ayal lagi dunia anak-anak kerap dikenal dengan dunia bermain. Itulah dunia anak yang sewajarnya dilalui oleh seorang anak normal namun lajunya perkembangan zaman rupanya turut serta menyeret anak-anak menjauhi “dunia bermain” tersebut.

Masih tak jauh dari dunia bermain namun pada masa kini dunia bermain yang semestinya ramah bagi anak-anak mulai memercikkan kegusaran. Modernitas yang secara besar-besaran terus mencetak manusia-manusia konsumtif tanpa disadari ikut menjangkiti pemikiran anak-anak masa kini.

Gambaran tersebut cukup terwakili jika kita mengamati jejeran lukisan pop art karya Evi Septin Wulandari, mahasiswi Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta (FBS UNY) angkatan 2009. Dalam pembukaan pameran painting solo exhibition kids and lifestyles bertempat di gedung Pusat Layanan Akademik (PLA) lobi lantai II sepuluh lukisan pop art berbahan dasar acrylic akan menyapa anda dengan suguhan fenomena gaya hidup anak-anak masa kini. Karya yang digarap guna memenuhi tugas akhir karya seni (TAKS) ini mengusung tema “Gaya Hidup Anak-Anak Pada Masa Kini Sebagai Tema Penciptaan Karya Pop Art.”

Misalnya pada lukisan pop art yang berjudul “gamers”. Dilukiskan dua anak perempuan tampak asyik memencet-mencet joy stick. Dan masih ada sembilan lukisan pop art lainnya yang menggambarkan gaya hidup anak-anak pada masa kini.

Ketika ditanyai terkait alasan pembuatan karya ini, Evi Septin Wulandari memaparkan alasannya, “Alasan pertama karena saya tertarik dengan pop art, pasalnya pop art selalu mengangkat  hal-hal biasa yang terdapat dalam lingkungan menjadi high art, dan saya sangat tertarik dengan hal seperti itu. Selain itu karya pop art lebih bisa diterima oleh semua kalangan, lebih memudahkan dalam menangkap maksud yang terdapat di dalamnya,” tuturnya.

Selain itu diungkapkannya bahwa dalam karyanya terdapat kritik terhadap fenomena gaya hidup anak-anak lingkungan urban masa kini yang cenderung konsumtif bahkan hedon. Dan ia menilai karya yang mewakili segmen anak-anak ini sangat tepat disajikan di lingkup kampus pendidikan seperti FBS pasalnya FBS sebagai kampus yang akan mencetak para pendidik perlu membuka mata terhadap fenomena ini. Hal ini tentu tidak berlebihan karena peran pendidik tidak bisa dipungkiri keberadaannya dalam membentuk kepribadian anak didiknya.

Jika anda tertarik menyaksikan langsung lukisan pop art ini, silakan berkunjung ke lobi lantai II gedung PLA FBS pada tanggal 2-4 Juli 2013. (Djwonga/Humasfbs)