Penggagas Warung Kejujuran di FBS

 FBS-Karangmalang. Ledy Sera Noviana, Prisna Eka Rahmawati, Jayanti Madiasari, dan Arditasari Kulonprogo memang bukan mahasiswi biasa. Pasalnya keempat mahasiswi jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) program studi Bahasa dan Sastra Indonesia (BSI) angkatan 2012 ini tercatat sebagai penggagas warung kejujuran FBS dan usaha mereka sudah tak asing lagi bagi masyarakat Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) UNY. Ide untuk membuka warung kejujuran terinspirasi dari mahasiswa penempuh mata kuliah kewirausahaan yang mereka temui di kampus.

Bermodalkan lima puluh ribu rupiah, kini warung kejujuran yang mereka rintis menuai keuntungan hingga ratusan ribu rupiah per minggu. Bahkan untuk mencukupi kebutuhan perkuliahan seperti buku, fotokopi dan lain-lain sudah mampu mereka cukupi sendiri tanpa menunggu pemberian dari orang tua. “Kami hanya ingin mandiri, malu kalau minta orang tua terus. Kami minta kiriman kalau sudah kepepet saja. Orang tua juga sangat bersyukur karena merasa sangat terbantu,” tambah Arditasari. Bahkan Prisna Eka Rahmawati mengaku uang penghasilan berjualan di warung kejujuran itu tengah ia sisihkan untuk membeli laptop. Hal serupa pun diakui oleh Ledy Sera Noviana. Saat ini ia bahkan membayar tagihan kos tanpa merepotkan kedua orang tuanya.

Tentu saja penghasilan yang mereka peroleh saat ini tidak datang secara cuma-cuma. Jayanti Madiasari yang bertempat tinggal di daerah Prambanan mau tidak mau harus ke rumah Prisna Eka Rahmawati yang berada di daerah Bantul setiap hari untuk mengambil makanan yang akan mereka jual. Hal senada pun dilakukan Arditasari yang nglaju dari Kulonprogo. Sebelum ke kampus ia pun harus mampir ke rumah Prisna Eka Rahmawati terlebih dahulu untuk membantu membawa makanan yang hendak mereka jual. Pasalnya, untuk menu nasi dimasak oleh ibunda Prisna yang bertempat tinggal di Bantul. Perjuangan tidak berhenti di situ saja. Setiap jeda perkuliahan mereka harus mengontrol barang dagangan yang mereka titipkan di ‘Warung Kejujuran’ di lobi lantai 1 GK I. Pasalnya, kerapkali terjadi kehilangan barang dagangan. Tak bisa dipungkiri mereka pun sering mengalami kerugian “Memang tidak mudah, banyak tantangan yang mesti kami hadapi, pasalnya tidak semua orang jujur jadi kadang kami tak selalu memperoleh keuntungan,” jelas Prisna.

Keberadaan warung kejujuran yang mereka rintis semenjak awal tahun 2013 ini tentu menjadi angin segar bagi masyarakat FBS khususnya bagi mahasiswa. Tak ayal, ketika kita berkesempatan melewati lobi lantai 1 GK I saat jeda perkuliahan berlangsung, kita akan disuguhkan dengan  pemandangan mahasiswa-mahasiswi yang sedang mengantri untuk membeli makanan yang dijajakan di sana. Hal senada pun diakui oleh salah satu mahasiswi Bahasa dan Sastra Indonesia, Wela, yang kerap jajan di warung kejujuran. “saya merasa sangat terbantu dengan adanya warung kejujuran ini. Sejak ada warung kejujuran, saya tak perlu lagi mencari makanan di luar kampus apalagi kalau jeda perkuliahannya tidak banyak, warung kejujuran jadi satu-satunya jalan keluar untuk mengisi perut,” tuturnya. (Djuwariyah/HUMAS FBS)