Menggali Potensi Bahasa dan Sastra, Menyuarakan Nusantara

FBS, KARANGMALANG – Bentang geografis nusantara yang luas dan rentang sejarahnya yang panjang telah membentuk cara pandang, budaya, tradisi, adat, kekayaan bahasa, karya seni dan sastra, dan sistem sosial yang sangat kaya dan beragam. Dengan kekayaan tersebut, nusantara sesungguhnya dapat dibaca dan didekati dari banyak perspektif. Upaya ini memang harus dilakukan, sebab kerja menggali khasanah nusantara adalah kerja yang harus berlangsung terus-menerus. Hal ini dipahami sebab nusantara dan Indonesia bukanlah sesuatu yang statis. Ia terus bergerak dinamis membentuk pusaran spiralistik yang terus-menerus membentuk kebudayaan yang harus selalu kontekstual dengan dinamika zaman. Itulah sebabnya, nusantara tidak pernah berhenti. Ia terus tumbuh dan menuntut kita untuk terus menggalinya.

Demikianlah sejumlah gagasan untuk menggali khasanah dan kekayaan nusantara dibicarakan dalam Seminar Nasional “Menyuarakan Nusantara melalui Bahasa dan Sastra Indonesia” pada Jumat (27/10/2017) di Gedung PLA lantai 3 Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Acara yang dihelat Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS, UNY tersebut menghadirkan sejumlah pakar sebagai pembicara utama. Mereka adalah Prof. Dr. I Dewa Putu Wijana, S.U., M.A. (Guru Besar FIB UGM), Prof. Dr. Zamzani, M.Pd. (Guru Besar FBS UNY), Dr. Novi Anoegrajekti, M.Hum. (dosen Universitas Negeri Jember), dan Dr. Yoseph Yapi Taum, M.Hum. (dosen Sanata Dharma, Yogyakarta).

“Seminar ini didorong oleh semangat bahwa kita memiliki akar kebudayaan yang kuat. Sebagiannya dapat ditemukan dalam fenomena kebahasaan dan catatan-catatan kesusastraan,” demikian ungkap Else Liliani, selaku ketua panitia seminar. Lebih lanjut Else mngungkapkan bahwa dunia akademik memiliki tanggung jawab besar untuk menggali nusantara dari banyak perspektif. Lintasan fase perjalanan nusantara yang panjang telah memberikan rute akses terhadap pengetahuan. Bahasa dan sastra seringkali menjadi cerminan atas realitas perjalanan kenusantaraan dan keindonesiaan. Oleh karena itu, upaya untuk lebih mengenali nusantara dapat ditempuh dengan proses pembacaan intensif atas sastra dan fenomena kebahasaan yang mengiringinya. “Karya sastra dan fenomena kebahasaan seringkali memuat paket-paket gagasan pada setiap rentang sejarah tertentu. Dan, jelas semua itu merupakan kekayaan yang tak ternilai,” kata doktor di bidang Sastra Anak tersebut.

Seminar ini dihadiri 300 peserta dari seluruh Indonesia dengan 55 peneliti yang mempresentasikan hasil-hasil risetnya tentang nusantara. Mereka terdiri dari para dosen, peneliti, pegiat literasi dan kebudayaan, mahasiswa, dan masyarakat pemerhati kebudayaan. Dalam kesempatan tersebut diluncurkan pula dua buah buku yang diterbitkan Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) FBS UNY. Buku tersebut merupakan himpunan seluruh makalah dari para pembicara dalam seminar. Buku pertama bertajuk Membaca Nusantara melalui Karya Sastra dan buku kedua berjudul Membaca Nusantara melalui Bahasa, Media, dan Pengajarannya. “Alhamdulillah, secara rutin, setiap seminar kami terbitkan buku, selain prosiding tentunya. Ini adalah cara kami mengabadikan sekaligus menyebarluaskan gagasan,” jelas Ketua Jurusan PBSI FBS UNY, Wiyatmi. [budi]