PEMUTARAN & DISKUSI FILM L’ÉCOLE POUR TOUS DALAM RANGKA MEMPERINGATI LA SEMAINE FRANCOPHONIE

Keterangan Sumber Foto: 
Humas FBS UNY

FBS-Karangmalang. Pendidikan Bahasa Prancis dan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Bahasa Prancis (HIPER) FBS UNY bekerjasama dengan Institut Français d’Indonésie (IFI) Yogyakarta menyelenggarakan pemutaran sekaligus diskusi film Prancis yang berjudul L’École Pour Tous. Acara ini bertempat di ruang cinéclub gedung C15, kampus Karangmalang FBS UNY (21/03).

Acara ini merupakan serangkaian acara La semaine Francophonie atau Minggu Frankofoni. Francophonie adalah nama lembaga perserikatan yang menaungi negara-negara koloni Prancis seperti: Aljazair, Maroko, Tunisia, dsb. Namun francophonie juga dapat berarti sebagai negara-negara koloni dan negara penutur bahasa Prancis di luar negara Prancis. Francophonie diperingati setiap tanggal 20 Maret. Untuk memperingatinya, negara-negara yang tergabung sebagai anggota Francophonie menyelenggarakan berbagai aktifitas yang berkaitan dengan kultur Prancis seperti: pemutaran film Prancis, mencicipi kuliner khas Prancis, mengadakan lomba membaca puisi dan bernyanyi lagu-lagu berbahasa Prancis. Namun, sekarang ini tidak hanya negara-negara anggota Francophonie saja yang memperingatinya, tetapi negara-negara yang tidak tergabung menjadi anggota pun dapat berpartisipasi, seperti Indonesia.

Di Indonesia terdapat beberapa perguruan tinggi yang mempunyai program studi bahasa Prancis baik sastra maupun pendidikan, salah satunya adalah Jurusan Pendidikan Bahasa Prancis FBS UNY. Dengan memanfaatkan momentum tersebut Pendidikan Bahasa Prancis FBS UNY dan HIPER bekerjasama dengan IFI menyelenggarakan pemutaran dan diskusi film yang dibersamai oleh dosen bahasa Prancis berkebangsaan Aljazair yang bernama Leïla Benkhalifa. Film yang diputar adalah sebuah film komedi dari Éric Rochant. Film ini mengisahkan seorang pria bernama Jahwad. Ia bahkan tidak lulus sekolah dan terlibat dalam tidak krimial. Demi menghindari kejaran polisi, ia menyamar menjadi seorang guru gadungan untuk mengajar anak-anak imigran yang sangat nakal di sebuah sekolah publik di Prancis. Pada awalnya ia benar-benar merasa kewalahan, dan putus asa. Namun, dengan kegigihannya, ia dapat menarik simpati murid-muridnya sekaligus menemukan seorang pujaan hati yang merupakan salah satu guru di sekolah publik tersebut. (Zahra)