Berawal dari Mimpi, Ninda dan Titin Berhasil Presentasi Paper ke Taiwan

Siapa yang tak mengira bahwa kekuatan mimpi begitu luar biasa. Mimpi dapat mewujudkan harapan menjadi kenyataan. Seperti yang dilakukan Ninda Arum Rizky Ratnasari (Bahasa dan Sastra Inggris 2010) dan Titin Indriarti (Pendidikan Bahasa Inggris 2011) yang sudah lama bermimpi untuk pergi ke Taiwan, maka pada tanggal 27-29 April 2013 mimpi itu terwujud. Terwujudnya mimpi Ninda dan Titin ke Taiwan, karena sebuah program yang bertajuk The First Annual International Scholars Conference in Taiwan (AISC Taiwan 2013) yang berlangsung di Asia University.

AISC Taiwan 2013 ini merupakan sebuah kegiatan tahunan yang mengundang akademisi, peneliti, mahasiswa, dan praktisioner dari berbagai disiplin ilmu di seluruh dunia. Acara itu memediasi para peserta konferensi untuk “unjuk gigi” dalam kegiatan presentasi ilmiah. “Peserta yang lolos dari UNY sebanyak empat tim, tetapi yang berangkat ke Taiwan hanya tiga tim, yang mengusung judul; Zalaccraft: Eco-Friendly Technology Innovation of Fashion Products Made from Salak Fruits Rind Waste, Designing-Braille (Nomographs braille) to Develop Basic Entrepreneurial Skills of Blind Children, dan Automatic Oyster Mushroom Watering System  Design Using Temperature Sensor Based Atmega8 Microcontroler, “ kata Ninda.

Perjuangan Tim UNY menuju ke Taiwan bukanlah hal yang mudah. Hal ini diungkapkan Ninda saat diwawancarai di Sekretariat UKM Penelitian UNY. “Dari mengurusi paspor hingga mencari donatur ke Dikti dan birokrasi fakultas maupun pusat kami lalui, “ujar Ninda. “Pengalaman manis dan pahit kami rasakan, namun itu bukan menjadi sebuah permasalahan besar, sebab kami percaya pada mimpi-mimpi kami bahwa kami bisa berangkat ke Taiwan,“ tambahnya sambil tersenyum. Perjuangan mereka semakin didukung ketika mendapat dorongan kuat dari pembina UKM Penelitian UNY Bambang Sulistyo, M.Eng.

AISC Taiwan 2013 tersebut tak hanya mempertemukan peserta dari seluruh dunia untuk presentasi saja, tetapi ada tiga acara yang diselenggarakan yang berbentuk; Seminar dan simposium, Cultural performance, Excursion dan gathering. “Saya tersentak kagum saat acara cultural performance, sebab kita bisa menyaksikan secara langsung pertunjukan budaya antarbangsa di dunia,” ujar Titin. Acara cultural performance ini memang memberikan kesempatan bagi setiap negara agar menunjukkan keunikan masing-masing negara, baik melalui tarian, nyanyian, maupun pakaian tradisional. “Di sini kami bisa belajar presentasi ilmiah, sekaligus belajar budaya bangsa lain serta semakin mencintai budaya bangsa Indonesia,“ tambahnya.

Tak hanya pengalaman personal saja yang didapatkan ketika mengikuti acara di Taiwan ini. Namun, karya tulis Ninda, dkk. telah masuk ke jurnal internasional. Bukti otentik secara tekstual inilah yang semakin menguatkan Ninda, dkk. untuk terus bermimpi “menyelami samudera luas dunia ini”. “Sejatinya, prinsip yang berharga dalam perjalanan ke Taiwan ini adalah kenangan dan pengalaman,” ujar Ninda. “Saya percaya pada mimpi yang pasti jadi nyata, apabila kita berani mewujudkannya,” tambahnya. (Rony/Humasfbs)