Diskusi Puisi “Bangsal Srimanganti, Kraton Yogyakarta, Suatu Siang” di UAD

 FBS-Karangmalang. Siapa yang tidak kenal dosen Sastra di FBS UNY, penyair, sekaligus ahli budaya Jawa Suminto A. Sayuti. Nama tersebut tidaklah asing bagi mahasiswa FBS atau bahkan mungkin masyarakat luas di Yogyakarta. Baru saja beberapa waktu lalu, antologi puisinya, “Bangsal Sri Manganti”, diluncurkan bertepatan dengan ulang tahunnya yang ke-57 (26/8).

 Pada Selasa malam telah dilangsungkan diskusi karya tersebut di Auditorium Fakultas Sastra Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Dr. Wiyatmi, M.Hum hadir sebagai pembicara bersama Evi Savitri mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UAD, sebagai moderator.

Diskusi fokus membedah puisi-puisinya yang berjudul “Bangsal Srimanganti, Kraton Yogyakarta, Suatu Siang”. Selama diskusi, pembicara membahas tema, teknik, dan pengalaman individu sang penyair dalam proses kreatifnya. Puisi-puisi Suminto A. Sayuti hadir dengan kekuatan tematiknya yang tentu tak asing lagi. Aspek budaya Jawa mewarnai tema-tema karyanya. “ Wawasan estetika sang penyair membangun jagat puitiknya dari khazanah seni dan budaya Jawa, yang merupakan dunianya sehari-hari,” jelas Wiyatmi. Agar mampu memahami puisi-pusis Suminto A. Sayuti, menurut Wiyatmi, pembaca harus memiliki pengetahuan yang berhubungan dengan konteks seni dan budaya Jawa. Pasalnya, istilah ‘sembur adas’, ‘pathetan’, ‘seblak sempur’ dan lain-lain di dalam puisi Suminto A. Sayuti bukanlah kata yang familiar di kalangan anak muda.

Hal senada pun diungkapkan oleh sang penyair saat ditemui di ruang kerjanya di Laboratorium Karawitan FBS. Beberapa waktu lalu ketika ditanyai terkait nafas lokalitas yang kuat di dalam puisinya, ayah tiga anak ini pun bertutur, “ dulu, awal-awal menulis saya belum memasukan unsur-unsur Jawa di dalam puisi saya namun setelah pengembaraan panjang usai, saya kembali ke rumah dan melepas sepatu pengembara, kembali ke Jawa.” Ia pun berpesan agar pembacanya jangan memiskinkan puisi dengan ikatan-ikatan tema.

Diskusi yang diselenggarakan oleh Forum Apresiasi Sastra XXVIII ini dihadiri oleh puluhan mahasiswa dan masyarakat umum. Diskusi ini berlangsung menarik dibuktikan dari banyaknya peserta diskusi yang bertanya. (Djuwariyah Wonga/HUMAS FBS)