FU’AD PAUL FORGHANI: “The Only Difference Between Stumbling Blocks and Stepping Stones is The Way in Which We Use Them”

FBS-Karangmalang. Sebuah kalimat yang diucapkan oleh Fu’ad Paul Forghani di atas, membuat kita tersentak dan mau tidak mau menjadi berpikir ulang untuk mengubah mind set. Memang selama ini kita terlalu banyak mengeluh dan kadang lupa bahwa batu sandungan adalah masalah namun sekaligus peluang, dan semua itu tinggal cara kita memandang dan menyikapinya. Itulah salah satu materi dalam acara Studium General yang diselenggarakan oleh Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta (FBS UNY) pada Kamis (14/04) kemarin. Acara dimulai pada pukul 08.00 WIB dan menghadirkan Fu’ad Paul Forghani sebagai pembicara tunggal. Acara dihadiri oleh jajaran pimpinan di FBS UNY. Mulai dari jajaran dekanat termasuk wakil dekan 1, 2, dan 3 FBS UNY, ketua senat dan sekretaris senat, para kajur, sekjur, dan kaprodi, ketua laboratorium, ketua redaksi jurnal, ketua dan anggota unit penjamu, ketua dan koordinator humas dan kerjasama, ketua kinarya kuningan, BPP penelitian dan PPM, perwakilan mahasiswa, kepala bagian dan kepala subbagian, staf subag, petugas perpustakaan, ketua dan sekretaris BEM, serta ketua dan sekretaris DPM.

Fu’ad merupakan seorang motivator dan ahli di bidang leadership, mind management, negotiation skills, dan lain-lain. Fu’ad juga memberikan pelatihan di berbagai bidang, termasuk pelatihan risk management, forecasting dan budgeting, presentation skills, dan lain-lain. Fu’ad malang melintang di bidang-bidang tersebut selama lebih dari 36 tahun. Fu’ad pernah bekerja di Australia, Indonesia, Malaysia, India, New Zealand, Peru, dan Papua Nugini. Lulusan sarjana dari University of New South Wales Australia dan peraih master dari University of Salford Manchester UK ini memaparkan materi tentang Mining the New Frontier the Mind, The Gems Are They Relevant to Business?, Application of the Gems in Improving Business Process, dan Education Learning Our Minds.

Acara berlangsung sangat menarik karena Fu’ad memaparkan berbagai hal dengan sudut pandang baru dan penyelesaian-penyelesaian masalah dengan cara yang tidak terduga. Salah satu paparan Fu’ad adalah mengenai cara pandang tentang manusia. Bahwa manusia adalah tambang batu mulia dan pendidikanlah yang dapat menggali harta karun tersebut. Pendidikan juga yang mampu mengasah kemampuan manusia, dan bukan hukum dan peraturan. Manusia dianalogikan sebagai batu mulia yang ditambang dengan pendidikan. Dan setiap pertambangan butuh perencanaan, dan demikian pula setiap manusia. Fu’ad juga menjelaskan tentang sistem kepemimpinan yang memandang bahwa semua pelanggan, klien, staf adalah aset yang berharga. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk menjadi pemimpin yang baik dan berhasil dalam bisnis apapun, adalah dengan menemukan permata kita sendiri, dari para staf-staf yang kita pimpin. Poles mereka dan ubah dengan sistem kepemimpinan yang baik. Fu’ad juga menyatakan bahwa mengubah orang bukan proses yang mudah, termasuk dengan bagaimana mengubah manajemen yang tidak efektif menjadi efektif. Terkait dengan pendidikan, Fu’ad menjelaskan bahwa sistem pendidikan yang baik harus holistik meliputi pikiran, raga, dan jiwa. Raga diumpamakan sebagai pura bagi jiwa dan harus selalu dihormati dengan cara menjaga kesehatan. Pikiran dan jiwa harus dikembangkan dengan meningkatkan pengetahuan, menambah wawasan, dan berlatih.

Pembicara yang merupakan anggota dari Australian Institute of Company Directors, Australia Indonesia Business Council, Risk Management Instititute of Australia, dan Risk Management Society (US) ini juga memaparkan mengenai kepemimpinan yang transformatif. Bahwa pemimpin yang baik harus mempunyai kerendahan hati, pelayan yang baik, mampu memberdayakan orang lain, pendengar yang baik, peduli, dan penuh empati. Karakteristik-karakteristik tersebut bisa dibangun dan dikembangkan.

Untuk menyentuh para staf, sebagai seorang pemimpin harus mampu menerima hakekat manusia dan memperlakukan para staf sebagai aset yang berharga. Sedangkan sebagai seorang pendidik, guru maupun dosen harus mampu melatih pikiran mereka, memberikan lingkungan yang aman dan menyenangkan bagi para siswa, melatih rasa selalu ingin bertanya kepada siswa, membagi pengetahuan, dan memberi wawasan. Fu’ad juga mengatakan bahwa keberhasilan pendidikan ditentukan oleh peran serta pendidik, orang tua, pemimpin, politik, dan peran masyarakat. Orang tua harus mampu memberi kasih sayang dan rasa aman, mengembangkan tubuh, menanamkan nilai psikologis, dan mengajarkan nilai-nilai kebaikan. Pemimpin harus mampu memberi contoh, mendukung sistem pendidikan, mendukung orang tua, dan menyediakan arena untuk berlatih. Pemimpin politik harus mampu memberi contoh, membuat kebijakan sebagai garda depan pengembangan masyarakat, memberi dukungan kepada para pendidik dan orang tua. Masyarakat juga mempunyai peran penting dalam pendidikan sebagai penyedia lingkungan aman bagi tumbuh kembang, memberi bimbingan dan arahan, serta memberi dukungan bagi proses pendewasaan.

Setelah materi ceramah selesai, kegiatan dilanjutkan dengan tanya jawab, workshop, dan diskusi kelompok. Acara yang berlangsung di Gedung PLA Lt. 3 FBS UNY ini ditutup pada pukul 10.45 WIB. Semoga acara ini mampu memberi perubahan sudut pandang dan membekali kita untuk menjadi orang yang lebih berdaya guna bagi masyarakat. (VIE)