Mengenalkan Jathilan di Thailand

FBS KARANGMALANG - Dosen Jurusan Pendidikan Seni Tari yang juga Ketua Jurusan Pendidikan seni Tari FBS UNY,  Dr Kuswarsantyo M.Hum., mempresentasikan Seni Jathilan, terutama tentang fenomena intrance atau 'ndadi' yang sering mengiringi pertunjukan jathilan dalam acara Workshop SEA Junction 'Arts and Culture Centre' di Bangkok Thailand, 17-19 Februari 2017. Kegiatan tersebut merupakan rangkaian Pameran Foto Internasional tentang Intrance se-Dunia.

Menurut Kuswarsantyo kesenian jathilan harus dikenalkan secara massif kepada masyarakat nasional dan internasional bahwa seni tradisi ini meruakan produk budaya asli Indonesia. Selain itu, dalam perkembangannya seni tradisi jathilan memiliki jenis dan ragam yang variatif di masyarakat. Ia juga memiliki fungsi serta kegunaan yang sangat beragam.

"Bahkan dalam banyak kesempatan, jathilan dapat dikemas secara fleksibel untuk kepentingan apapun. Aspek tersebut harus selalu dijelaskan secara gamblang dalam tiap kesempatan. Itu pula yang saya sampaikan saat di Thailand," tegas pria yang juga mendapat gelar KRT Condrowasesa dari Kraton Yogyakarta tersebut. Dalam presentasinya di Bangkok Thailand, Kuswarsantyo menjelaskan seluk beluk jathilan, termasuk mengenai kondisi  'ndadi' atau intrance dalam seni tradisional jathilan.

Menurutnya, kondisi intrance atau ‘ndadi’ yang menjadi puncak pementasan jathilan, dapat diklasifikasikan dalam empat kondisi. Pertama, jenis  'ndadi' alami (natural intrance). Berdasar hasil penelitian yang dilakukannya,  yang paling sering terjadi dalam pertunjukan jathilan adalah jenis 'ndadi' alami (natural intrance). "Biasanya kondisi ini terjadi saat penari tampil untuk upacara seremonial, hajatan, dan ritual lainnya," jelasnya.

Jenis kedua yakni 'ndadi' yang disebabkan karena pengaruh magic atau tenaga dalam. Ketiga, 'ndadi' karena akting atau berpura-pura. Keempat, 'ndadi' karena pengaruh minuman. "Jenis 'ndadi' terakhir ini sudah sangat jarang ditemukan karena rentan menimbulkan gesekan sosial," ujar doktor yang mengambil topik disertasi di UGM tentang jathilan ini.

Selain mempresentasikan jathilan, Ketua Jurusan Pendidikan Seni Tari FBS UNY ini juga memperagakan Tari Kuda Kepang yang telah dikreasikan dalam bentuk koreografi tunggal di Bangkok Thailand. "Jathilan itu kekayaan tradisi kita yang perlu kita gali dan perkenalkan pada dunia. Ternyata masyarakat luar sangat mengapresiasi," imbuhnya. [dby]